Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah dan Daya Beli Tekan Kinerja Korporasi

Kompas.com - 31/07/2015, 10:48 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com -
Sudah jatuh tertimpa tangga, eh, masih keserempet mobil. Begitulah ibarat nasib korporasi di Indonesia.

Depresiasi rupiah terhadap dollar AS yang tiada henti, menghantam laba emiten. Setahun (year on year), kurs rupiah melorot 14,65 persen. Saat bersamaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi, yang akhirnya menekan daya beli.

Upaya lindung nilai (hedging) pun tak banyak menolong. Padahal, kata  Thendra Chrisnanda, Analis BNI Securities, beberapa emiten besar bahkan sudah hedging hingga  di level Rp 13.500 per dollar AS.  Toh, gara-gara daya melemah, hedging bukan obat cespleng terlindung dari kemerosotan profit.

Tak pelak, semester I-2015, mayoritas emiten saham yang sudah melaporkan kinerja keuangannya, mencatatkan rapor merah. Kalau tidak rugi, ya, labanya merosot drastis. 

Bahkan laba bersih sekitar 20 emiten saham yang masuk daftar Indeks LQ-45, merosot drastis. Itu pula yang membuat pasar bereaksi negatif sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,18 persen menjadi 4.712,49, pada perdagangan kemarin.

Penurunan daya beli tampak dari lesunya penjualan emiten properti, manufaktur, otomotif, serta perbankan.  Pendapatan  PT Astra Internasional Tbk (ASII) pada semester I-2015, misalnya, melorot 9 persen menjadi Rp 92,5 triliun. Laba bersihnya turun 18 persen menjadi Rp 8,05 triliun.

Anak usaha ASII, yakni PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) membukukan rugi kurs Rp 359,61 miliar. Tahun lalu AALI masih mencetak keuntungan kurs, meski mini. Jebloknya kinerja AALI juga akibat penurunan pendapatan. Laba periode berjalan perusahaan CPO ini anjlok 66,49 persen menjadi Rp 477,9 miliar, ketimbang akhir Juni tahun lalu yang masih Rp 1,43 triliun.

Secara konsolidasi, ASII cuma mencetak rugi kurs Rp 74 miliar. Perseroan ini masih menggaet untung kurs dari segmen alat berat dan pertambangan Rp 247 miliar serta otomotif Rp 39 miliar.

Depresiasi rupiah juga menjadi momok emiten yang membeli bahan baku impor. PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) harus merugi  Rp 272,12 miliar pada semester I-2015. Padahal di semester I-2014, emiten pakan ternak ini, masih mencetak laba bersih Rp 325,98 miliar.

Erlin Salim, Associate Director Fitch Ratings melihat, dampak pelemahan rupiah ke setiap emiten bervariasi. Emiten pemimpin pasar lebih mudah mengantisipasi depresiasi rupiah dengan menaikkan harga jual. Tapi, emiten non-pemimpin pasar tak punya kemewahan itu. "Seperti JPFA, permintaan produk lemah, suplai banyak. Sulit menaikkan harga," ujar Erlin kepada Kontan, Kamis (30/7/2015).

Memang, ada juga emiten yang diuntungkan dari pelemahan nilai tukar. PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), yang mengekspor produknya. Namun, nasib baik itu tak menghampiri PT Vale Indonesia Tbk (INCO). Kendati berorientasi ekspor, pendapatan INCO turun 15 persen menjadi 409,65 juta dollar AS. Laba bersihnya juga turun 38 persen menjadi 41,8 juta dollar AS. "Emiten berbasis komoditas seharusnya bisa untung," ujar Supriyadi, Kepala Riset OSO Securities.

Nah, jika berniat masuk ke pasar saham, Supriyadi menyarankan agar investor menunggu timing yang pas. "Akhir kuartal III, saat rupiah lebih stabil," kata dia.

Pilihannya, menurut Thendra, saham tahan banting. Di sektor konsumer ada UNVR, ICBP, dan MYOR. Di  sektor infrastruktur dan konstruksi pilihannya TLKM, WSKT dan PTPP bisa dilirik. (Narita Indrastiti)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Pihak Minimarket Diminta Ikut Tanggung Jawab Keamanan Parkir, Asosiasi: Kami Sudah Pasang CCTV dan Beri Peringatan

Whats New
Pasar Kripto 'Sideways', Simak Tips 'Trading' untuk Pemula

Pasar Kripto "Sideways", Simak Tips "Trading" untuk Pemula

Earn Smart
Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Sederet Langkah Kemenhub Pasca Kasus Kekerasan di STIP Jakarta

Whats New
Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 10 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 10 Mei 2024

Harga Emas Antam: Detail Harga Terbaru Pada Jumat 10 Mei 2024

Spend Smart
Gandeng BUMDes, Anak Usaha SMGR Kembangkan Program Pengelolaan Sampah

Gandeng BUMDes, Anak Usaha SMGR Kembangkan Program Pengelolaan Sampah

Whats New
Daftar 27 Bandara Baru yang Dibangun Selama Pemerintahan Presiden Jokowi

Daftar 27 Bandara Baru yang Dibangun Selama Pemerintahan Presiden Jokowi

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 10 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 10 Mei 2024, Harga Ikan Kembung Naik

Whats New
Ini Program Pertagas yang Dinilai Dapat Menggerakkan Perekonomian Masyarakat Desa

Ini Program Pertagas yang Dinilai Dapat Menggerakkan Perekonomian Masyarakat Desa

Whats New
Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan

Kenaikan BI Rate Jadi 6,25 Persen Tidak Perlu Dikhawatirkan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com