Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Negeri Jiran Ancam Indonesia

Kompas.com - 21/08/2015, 15:13 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Badai krisis ekonomi tampaknya belum akan berhenti, bahkan menjalar hingga kawasan Asia. Krisis kini merembet ke Asia Tenggara. Negeri jiran, Malaysia, Myanmar, serta Thailand, mulai "terciprat" badai menakutkan itu.

Salah satu indikator yang tampak adalah pasca-devaluasi yuan, ringgit Malaysia, kyat Myanmar, hingga bath Thailand ikut rontok. Dihitung sejak awal tahun hingga Agustus  (year to date), kyat turun 24 persen, ringgit 18,03 persen, serta bath sebesar 8 persen terhadap mata uang dollar AS.

Kondisi ini juga diikuti dengan rontoknya bursa saham Malaysia yang turun 15,07 persen dan indeks bursa di Thailand yang melemah 5,56 persen.

Situasi tersebut jelas mengkhawatirkan. Pasalnya, Malaysia adalah mitra dagang penting Indonesia. Tak hanya itu, Bank Sentral Malaysia juga merupakan salah satu pemegang obligasi Pemerintah Indonesia yang cukup besar.

Jika pelemahan ringgit Malaysia berlanjut, bukan mustahil, Malaysia akan kembali menguras cadangan devisanya yang kini di posisi 96,7 miliar dollar AS, terendah sejak 2010. Padahal, sejak awal tahun, cadangan devisa Malaysia tercatat masih di 116 miliar dollar AS atau turun 19,9 persen.

Celakanya, saat bersamaan, Malaysia kini dihinggapi krisis politik tajam yang diawali dengan terbongkarnya megaskandal di 1MDB yang melibatkan Perdana Menteri Malaysia Nazib Razak. Lantaran Nazib Razak menolak mundur, tanggal 29 dan 30 Agustus nanti, aliansi 84 LSM Malaysia Bersih akan turun ke jalan.

Ini jelas berpotensi menggoyang ekonomi Malaysia. Bukan hal muskil, untuk menopang ringgit, bank sentral Malaysia akan menjual asetnya, salah satunya obligasi, termasuk  Indonesia. Skenario yang sama juga bisa dilakukan Thailand yang juga memegang obligasi kita.

Jika ini terjadi, Indonesia bisa masuk pusaran krisis ekonomi yang lebih dalam. Faktanya, rupiah juga sudah merosot tajam sejak awal tahun, yakni 11,7 persen. IHSG yang rontok mendekati 15 persen.

Catatan Morgan Stanley, (18/8/2015), Indonesia dan negara kawasan, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, sangat rentan dengan gejolak pasar keuangan dan ekonomi China. "(Selain Indonesia), ekspor Malaysia ke China juga cukup besar hingga 15 persen," kata Berly Martawardaya, ekonom dari Universitas Indonesia.  

Ekonom BCA, David Sumual, meminta pemerintah waspada atas gejolak yang terjadi di negara tetangga. Pemerintah harus memperkuat pasar keuangan serta mempercepat kebijakan fiskalnya. Jika tidak, ekonomi kita akan masuk pusaran krisis yang lebih dalam lagi. (Adinda Ade Mustami, Asep Munazat Zatnika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Lima Emiten yang Akan Bayar Dividen Pekan Depan

Whats New
Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Pemerintah Dinilai Perlu Buat Formula Baru Kenaikan Tarif Cukai Rokok

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com