Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonom: Pemerintah Belum Perlu Menarik Pinjaman dari Luar Negeri

Kompas.com - 31/08/2015, 18:45 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonom dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Hendri Saparini mengungkapkan pemerintah Indonesia belum memerlukan pinjaman dari luar negeri untuk menghadapi nilai tukar rupiah terhadap dollar yang saat ini melemah.

Menurut Hendri, pemerintah sebaiknya fokus membenahi perekonomian domestik dengan memberikan sejumlah insentif pelaku usaha.

"Kalau misalnya hanya pasok dollar, Indonesia sebenarnya punya kerja sama bilateral, bisa juga dengan lembaga-lembaga multilateral untuk minta pinjaman, tapi itu belum diperlukan oleh Indonesia. Sebenarnya kalau dioptimalkan kemampuan dalam negeri, itu masih bisa dilakukan," ujar Hendri usai bertemua Presiden Jokowi di istana kepresidenan, Senin (31/8/2015).

Presiden Jokowi hari ini menemui 12 ekonom ke Istana Merdeka. Mereka diminta pandangannya oleh presiden soal perlambatan ekonomi yang saat ini terjadi di tanah air. Menurut Hendri, Presiden pun memiliki pandangan yang sama bahwa saat ini bukan saatnya pemerintah menambah pinjaman luar negeri untuk menambah pasokan dollar.

Maka dari itu, dia menuturkan salah satu solusi yang bisa dilakukan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah dengan menggerakkan dunia usaha. Namun, dunia usaha juga memerlukan insentif untuk menciptakan pasar mau pun menekan biaya produksi.

Insentif yang bisa diberikan bisa dengan insentif pajak. Sedangkan pemerintah bisa menekan biaya produksi dengan menurunkan tarif BBM atau pun listrik sehingga membenahi sistem bongkar muat sehingga tidak memakan ongkos logistik yang besar bagi pelaku usaha.

Selain dengan kebijakan pemerintah, Hendri menilai Bank Indonesia dan juga Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) juga bisa bersama-sama mengatasi krisis yang terjadi."Jadi memang ini tidak bisa dikerjakan sendiri-sendiri, harus ada sebuah perencanaan kebijakaan yang sifatnya komprehensif," imbuh dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com