Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rizal Ramli Kritisi Pembangunan Jaringan Pipa BBM dan "Storage" Minyak Pertamina

Kompas.com - 09/09/2015, 15:53 WIB
Dylan Aprialdo Rachman

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli menilai bahwa rencana pembangunan jaringan pipa Bahan Bakar Minyak (BBM) oleh Pertamina tidak sesuai dengan kebutuhan Indonesia saat ini.

“Pertamina punya rencana untuk membangun jaringan pipa BBM di seluruh Indonesia. Pertanyaan kami waktu rapat itu, apakah ini betul-betul top urgent? karena distribusi kita sudah diladeni oleh truk, oleh kapal, jadi tidak ada urgensinya membangun jaringan pipa untuk BBM,” ujar Rizal di sela-sela rapat bersama dengan sejumlah menteri dan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (9/9/2015).

Rizal menyarankan agar Pertamina lebih fokus untuk membangun jaringan pipa gas agar bisa mengganti penggunaan BBM bagi kepentingan transportasi, kegiatan rumah tangga hingga kegiatan Industri. Ia menilai Indonesia memiliki potensi sumber daya gas alam yang melimpah serta gas alam memiliki sejumlah keuntungan tersendiri bagi lingkungan.

“Potensi gas Indonesia itu bisa untuk 60-70 tahun ke depan. Jadi gas dari berbagai wilayah, seperti Sumatera, Kalimantan dan Irian itu kita salurkan menjadi city gas. Jadi rakyat bisa seperti di luar negeri pakai gas kota, industri juga bisa. Gas ini juga sangat ramah lingkungan polusinya rendah,” ujar mantan Menteri Keuangan era Presiden Abdurrahman Wahid tersebut.

Selain mengkritisi pembangunan jaringan pipa BBM, Rizal juga mengkritisi pembangunan fasilitas penyimpanan atau storage minyak yang juga dicanangkan oleh Pertamina. Rencana tersebut, kata Rizal, pernah disampaikan dalam rapat terbatas bersama Presiden Joko Widodo di Jakarta pada Hari Selasa (8/9/2015) kemarin.

"Kami laporkan, kemarin ada rapat bersama presiden dan menteri-menteri. Lalu ada keinginan untuk Pertamina untuk membangun storage supaya stok operasional naik dari 18 hari ke satu bulan," kata dia.

Rizal menyebutkan, pembangunan tempat penyimpanan minyak tersebut memerlukan biaya sekitar 2,4 miliar dolar AS. Namun, kata dia, Presiden Joko Widodo dan para menteri telah memutuskan proyek tersebut bukan prioritas karena pasokan minyak yang setengahnya diimpor tersebut tidak seharusnya memberatkan keuangan Pertamina.

“Presiden paham pada waktu itu akhirnya memutuskan ini bukan prioritas karena kita membeli setengah juta barel minyak mentah setiap hari, membeli setengah juta finished oil setiap hari, ngapain kita bikin storage,” ujarnya.

Mantan Kepala Badan Urusan Logistik (Bulog) tersebut menyarankan agar pembangunan tempat penyimpanan minyak dilakukan oleh pihak yang mengimpor minyak ke Indonesia. Sehingga Pertamina bisa menghemat pengeluaran senilai 2,4 miliar dolar AS. “Atau diatur supaya kita cuma bayar biaya aksesnya,” kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com