Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua BPK: Kenaikan APBN Belum Sebanding dengan Kesejahteraan Rakyat

Kompas.com - 09/10/2015, 19:12 WIB
Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Setiap tahun negara memiliki anggaran tersendiri dalam hal menyejahterakan rakyat. Dukungan pemerintah itu diimplementasikan dalam hal penganggaran yang semakin besar setiap tahun.

Demikian dipaparkan Ketua Badan Keuangan Negara Republik Indonesia (BPK RI), Dr Harry Azhar Azis, dalam makalah kuliah umum berjudul 'Politik Anggaran dan Implikasinya Terhadap Kesejahteraan Rakyat', di Universitas Nasional, Jumat (9/10/2015). 

Laporan realisasi APBN pada 2014, lanjut Harry, menunjukan realisasi pendapatan pemerintah sebesar Rp 1.550,49 triliun atau naik sebesar 7,75 persen, jika dibandingkan tahun 2013 senilai Rp 1.438,89 triliun. Sayangnya, kata dia, jumlah kenaikan keuangan negara tidak berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan rakyat.

"Apakah anggaran telah dipergunakan secara ekonomis, efisien, dan efektif serta berdampak signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan rakyat," kata Harry.

Menurut dia, salah satu tujuan negara adalah memajukan kesejahteraan umum seperti yang termuat dalam UUD 1945. Namun, masih banyak masyarakat belum merasakan sejahtera. Salah satu alasannya adalah alokasi anggaran negara yang belum seimbang.

Namun demikian, Harry mengatakan, BPK menjadi salah satu pihak yang berperan besar menjaga dan memastikan keuangan negara dipergunakan untuk sebesar-besarnya kesejahteraan rakyat. Perlu langkah-langkah prioritas diambil demi memaksimalkan penggunaan anggaran agar sesuai tujuan.

Harry menuturkan pada semester II tahun 2014, BPK memeriksa 651 obyek pemeriksaan yang terdiri dari 135 objek pada pemerintah pusat; 479 objek pemerintah daerah dan BUMD; serta 37 objek BUMN dan badan lainnya. Dari pemeriksaan tersebut ditemukan enemukan sebanyak 7.950 temuan pemeriksaan yang di dalamnya terdapat 7.789 masalah ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan senilai Rp 40,55 triliun dan 2.482 masalah kelemahan sistem pengendalian intern (SPI). Dari masalah ketidakpatuhan tersebut, sebanyak 3.292 masalah berdampak finansial senilai Rp. 14,74 triliun.

"Kami akan memprioritaskan pemeriksaan kinerja, di antaranya adalah program-program yang bisa menekan tingkat kemiskinan, angka pengangguran, mengurangi angka kesenjangan pendapatan, dan meningkatan indeks pembangunan manusia yang meliputi kesehatan, pendiidkan, dan peningkatan, daya beli masyarakat," tuturnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Panduan Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu ATM BRI Bermodal BRImo

Spend Smart
PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com