Mata uang yang menguat lebih besar, kata Darmin, adalah negara yang mempersiapkan diri untuk memperbaiki ekonominya. "Kalau mempersiapkan diri, Anda bisa menguat lebih tinggi," kata Darmin dijumpai di kantornya, Kamis (15/10/2015) pagi.
Sebaliknya, mantan Gubernur Bank Indonesia itu menambahkan, apabila tidak mempersiapkan diri dengan baik, penguatan kurs tidak akan tinggi. Darmin menuturkan, dollar AS mengalami depresiasi setelah keputusan Bank Sentral Amerika Serikat untuk menunda penaikan suku bunga acuan atau The Fed Rate.
"Data pertumbuhan ekonomi, inflasi, dan data tenaga kerja tidak bagus, itu satu hal (pendorong depresiasi dollar AS)," kata Darmin.
Dengan depresiasi dollar AS ini, nilai tukar rupiah lebih menguat. Akan tetapi, menurut Darmin, level kurs saat ini belum mencapai nilai fundamental rupiah. Sebabnya, rupiah sudah mengalami undervalued cukup dalam selama beberapa bulan terakhir.
"(Kemarin) sudah ada spekulasi, euforia, histeria, macam-macam. Sudah tidak keruan. Dia (rupiah) sekarang menuju balik (ke fundamentalnya)," tutur Darmin.
Setelah melemah pada Selasa lalu, pagi ini mata uang garuda naik sebesar 2,36 persen dan diperdagangkan di posisi Rp 13.295 per dollar AS. Pasar hari ini menunggu data perekonomian Indonesia, yang mencakup data ekspor impor serta keputusan bank sentral terkait dengan suku bunga acuan (BI Rate).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.