Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Energi Terbarukan Bakal Dongkrak Perekonomian Sumba

Kompas.com - 17/10/2015, 21:29 WIB

KOMPAS.com - Energi terbarukan yang berasal dari potensi yang ada di Pulau Sumba, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), diyakini bisa mendongkrak perekonomian masyarakat di situ. Pulau Sumba memiliki luas 10.710 kilometer persegi. Kini, di Sumba ada empat kabupaten yakni Sumba Barat Daya, Sumba Barat, Sumba Tengah, dan Sumba Timur.

Catatan terkini pada Jumat (16/10/2015) mengenai energi terbarukan datang dari Hivos, organisasi internasional. Organisasi itu mengkampanyekan Gerakan 2020, 100 Persen Energi Terbarukan di Sumba.

Selama ini, baru 24 persen dari sekitar satu juta masyarakat Sumba yang bisa menikmati terangnya aliran listrik. Minimnya masyarakat yang bisa menikmati penerangan dari listrik ini, lantaran masyarakat di wilayah tersebut masih sangat miskin sehingga tidak mampu untuk membayar bulanan listrik.

Padahal, Sumba memiliki semua potensi energi terbarukan yang bisa diolah untuk listrik kecuali panas bumi."Alasan dipilihnya Pulau Sumba karena penduduknya di sana sangat miskin dan baru 24 persen yang bisa menikmati penerangan listrik dari PLN, " kata Project Manager Green Energy ( Sumba) Hivos Southeast Asia Sandra Winarsa.

Ia mengatakan bila energi terbarukan dibuat, hal itu akan bisa menurunkan tingkat kemiskinan. Pasalnya, masyarakat akan bisa menuntaskan pekerjaan di rumah serta bisa mengerjakan produk produk kerajinan hingga malam hari. Hal itu membuat pendapatan mereka akan bertambah. "Kondisi alam di Sumba menyediakan semua alternatif energi terbarukan, tetapi ironisnya tidak dimanfaatkan sehingga tidak ada listrik. Tetapi kami berharap adanya energi terbarukan ini, akan bisa menurunkan tingkat kemiskinan disana karena merka bisa berja di malam hari sehingga bisa meningkat pendapatan mereka," kata Sandra.

Kotoran babi

Shutterstock Hewan babi

Sandra mengatakan, potensi alam yang bisa dijadikan energi terbarukan adalah biogas. Biogas bisa diperoleh dari kotoran peternakan seperti kotoran babi. Menurutnya, dari 4-5 ekor babi, bisa diperoleh biogas 4-5 kiloggram untuk memasak. "Di Sumba itu ternak babi sangat banyak, karena semua acara adat menggunakan babi, sehingga kotorannya sangat banyak. Kotoran itu kita buat menjadi biogas untuk mamasak," tuturnya.

Di samping itu, ada juga energi terbarukan dari mikrohidro. Lalu,saat ini juga sedang dikembangkan pemanfaatan energi matahari yang jumlahnya berlimpah. Dulu pemanfaatn energi ini dilakukan dengan kelompok dan menghasilkan enegeri hingga 24 persen. Namun, saat ini PLN juga turut memanfaatkan energi matahari hingga meningkatkan listrik hingga 38 persen. Kemudian BPPT juga membuat solar sistem yang bisa menghasilkan listrik hingga 500 kilowatt.

Kemudian, ada turbin angin yang bisa menghasilkan 850 kilowatt. Bahkkan, kantor ESDM di Sumba membangun biomassa yang menghasilkan listrik hingga 1 megawatt  dari tanaman lamtorogung.

Sandra juga mengatakan, tidak tertutup kemungkinan pihaknya akan mengembangkan hal yang sama di daerah daerah lain di Indonesia, agar masyarakat  Indonesia di daerah erpencil bisa menikmati aliran listrik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com