Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNP2TKI Evaluasi Tata Kelola Penempatan dan Perlindungan TKI

Kompas.com - 25/11/2015, 17:19 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI) menggandeng sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pemerhati TKI duduk bersama melakukan Forum Group Discussion (FGD) 'Evaluasi Kebijakan Tata Kelola Penempatan dan Perlindungan TKI'. Kegiatan tersebut dilakukan sebagai upaya BNP2TKI melakukan evaluasi dalam pembenahan masalah penempatan dan perlindungan TKI.

Hadir sejumlah LSM pemerhati TKI seperti SBSI, FPILN, SPILN, APJATI, AP2TKI, HMI Unindra, Pemuda NTB, Peduli Perempuan TKI, Formigran, SBMI, dan Garda BMI. Hadir sebagai Narasumber adalah Deputi Penempatan BNP2TKI, Agusdin Subiantoro, Direktur Sosialisasi dan Kelembagaan Penempatan BNP2TKI, Yana Anusasana, Direktur Penyiapan dan Pembekalan Pemberangkatan Wisantoro, Kepala Biro Perencanaan dan Administrasi Kerjasama Yunafri dan Jamal dari Formigran.

Deputi Penempatan Agusdin Subiantoro mengatakan, FGD tersebut bertujuan sebagai evaluasi kebijakan tata kelola penempatan dan perlindungan TKI.

"Dari forum ini BNP2TKI mendapat saran, kritikan, dan masukan yang konstruktif dari para LSM agar tata kelola penempatan dan perlindungan TKI ke depannya menjadi lebih baik," kata Agusdin, Rabu (25/11/2015).

Menurut Agusdin, tata kelola penempatan TKI, khususnya dokumen, dinilai masih ruwet, Masih terjadi penempatan TKI nonprosedural.

"Sehingga ada kesan penempatan TKI prosedural versus penempatan TKI nonprosedural," ujar Agusdin.

Di sinilah, menurut dia, para LSM pemerhati TKI bisa membantu menghentikan penempatan TKI nonprosedural menjadi prosedural. Dia menambahkan bahwa kebijakan BNP2TKI selalu mengupayakan untuk memberikan pelayanan dokumen lebih mudah, cepat dan transparan. Hal itu seperti pada penempatan Government to Government (G to G) TKI ke Korea dan Jepang melalui sistem online.

"Kami juga sedang melakukan pemeringkatan lembaga penempatan dan pendukung penempatan untuk memberikan potret sehingga terjadi bisnis jasa TKI yang sehat," jelasnya.

Untuk meminimalisir penempatan TKI nonprosedural atau ilegal, Agusdin mengajak para LSM pemerhati TKI untuk melakukannya secara bersama-sama. LSM diharapkan bisa menyampaikan pesan-pesan BNP2TKI kepada para tokoh masyarakat dalam mengantisipasi penempatan TKI ilegal tersebut.

"Perlindungan kepada TKI juga harus dilakukan dengan seoptimal mungkin, mulai dari prapenempatan, masa penempatan, purna penempatan sampai pemberdayaan," kata Agusdin.

Saat ini, lanjut dia, TKI telah memperoleh solusi pemberdayaan TKI seperti pelatihan usaha, pemberian kredit, pendampingan dan edukasi keuangan. Agusdin mengatakan BNP2TKI sudah mendorong kenaikan gaji TKI dan menekan biaya penempatan. Salah satu contohnya ganji TKI di Taiwan yang saat ini sudah menjadi 17.000 NTD.

"BNP2TKI juga telah meluncurkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk TKI. KUR merupakan keberpihakan pemerintah terhadap TKI untuk memberikan pembiayaan dengan bunga rendah sampai 12 persen," jelasnya.

Namun, lanjut Agusdin, KUR TKI bukan suatu kewajiban. Pemerintah hanya menyediakan fasilitas dengan biaya dan bunga murah untuk TKI. 

"Sehingga dapat mengurangi beban TKI," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Saat Sri Mulyani Panjat Truk Kontainer yang Bawa Barang Impor di Pelabuhan Tanjung Priok...

Whats New
Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Cara Langganan Biznet Home, Biaya, dan Area Cakupannya

Spend Smart
9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

9,9 Juta Gen Z Tak Bekerja dan Tak Sedang Sekolah, Menko Airlangga: Kita Cari Solusi...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com