Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bisnis Ikan, RI Harus Belajar dari Vietnam

Kompas.com - 15/12/2015, 12:44 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia memiliki potensi yang amat besar di sektor kelautan dan perikanan karena memiliki luas laut yang besar dengan berbagai potensi dan pasokan produk perikanan yang ada di dalamnya. Akan tetapi, realisasi bisnis dan produksi ikan di Indonesia belum optimal.

Menurut Ketua Pembina Asosiasi Pengusaha Pengolahan dan Pemasaran Produk Perikanan Indonesia (AP5I) Thomas Darmawan, Indonesia perlu belajar dari pengalaman negara lain dalam hal pengembangan bisnis perikanan.

Tidak perlu jauh-jauh, Indonesia dapat belajar dari Vietnam. Thomas memberi contoh cara Vietnam dalam pengembangan dan pengolahan produk ikan patin yang dikenal dengan ikan Dori Vietnam.

Ternyata, dahulu Vietnam belajar tentang pengelolaan dan pembudidayaan ikan patin dari Indonesia, yakni di Sungai Batanghari, Sumatera.

"Vietnam melakukan berbagai pemanfaatan dari ikan patin dan strategi bisnisnya. Ini yang tidak banyak kita lakukan. Limbah kulitnya untuk bahan kolagen yang banyak dipakai untuk kosmetika. Sisa dagingnya dimanfaatkan untuk minyak ikan atau protein konsentrat," kata Thomas dalam diskusi panel "Semakin Intim dengan Maritim," Selasa (15/12/2015).

Selain itu, kepala dan tulang ikan patin dimanfaatkan menjadi tepung ikan. Adapun filet ikan patin 30 persennya untuk ekspor global.

Menurut Thomas, total ekspor ikan Vietnam mencapak 6,134 miliar dollar AS, di mana 1,8 miliar hingga 2 miliar di antaranya adalah dari ekspor ikan patin.

Vietnam, kata Thomas, menghasilkan 96 persen pasokan ikan patin dunia. Biaya produksi mencapai Rp 8.000 per kilogram dan SDM Vietnam bisa mengerjakan filet ikan patin sebanyak 3 hingga 4 ekor ikan patin per menit. Adapun produksi ikan patin bisa mencapai 400 ton ikan per hektar dengan total luas kolam mencapai 6.000 hektar.

"Kegiatan produksi dan pengolahan terintegrasi di sepanjang delta Sungai Mekong, mulai dari pembibitan, budidaya, hingga pemrosesan. Kalau di Indonesia tersebar di mana-mana, akhirnya menurunka produktivitas dan hasil produksi," ujar Thomas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com