Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini 5 Mata Uang Paling Jeblok Tahun 2015

Kompas.com - 04/01/2016, 07:21 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNN Money
KOMPAS.com - Tahun 2015 bukan merupakan tahun yang baik bagi mata uang rupiah. Di kuartal III-2015 saja, rupiah terhadap dollar AS secara rata-rata melemah sebesar 5,35 persen. Pada 31 Desember 2015 lalu, nilai tukar rupiah berada pada posisi Rp 13.795 per dollar AS.

Namun, pelemahan nilai tukar terhadap dollar AS tidak hanya dialami oleh mata uang garuda. Bahkan, ada beberapa mata uang dunia yang mengalami pelemahan lebih dalam dibandingkan rupiah.

Berikut daftar 5 mata uang dengan kinerja paling jeblok pada tahun 2015 lalu.
1. Peso Argentina
Mata uang peso Argentina melemah 34,6 persen terhadap dollar AS selama 2015, menjadikannya mata uang dengan performa terburuk di dunia tahun lalu. Pemerintah baru Argentina memberlakukan kebijakan moneter pada Desember 2015 yang membuat peso bergerak bebas.

Pemerintah Argentina kini mengharapkan lebih banyak investasi asing masuk ke negara itu. Ekonomi Argentina menderita kesalahan pengelolaan ekonomi selama bertahun-tahun dan amat membutuhkan dana asing.

2. Real Brazil
Mata uang Brazil, real, terperosok 32,9 persen terhadap dollar AS do tahun 2015. Brazil begitu berganting pada ekspor pertanian dan komoditas mentah, seperti minyak, gula, kopi, dan metal. Sayangnya, harga komoditas jatuh, yang memukul sektor keuangan Brazil.

Masalah korupsi juga menampar ekonomi Brazil. Skandal yang melibatkan raksasa minyak Brazil, Petrobras, melebar ke sektor tertinggi bisnis dan politik, yang akhirnya menggoyang negara tersebut.

3. Rand Afrika Selatan
Mata uang rand Afrika Selatan melemah 25 persen selama 2015. Jatuhnya harga komoditas memukul banyak perusahaan besar Afrika Selatan. 50 persen pendapatan valas negara itu disumbang sektor tambang, akhirnya defisit transaksi berjalan membengkak.

Ekonomi Afrika Selatan pun melemah lebih dalam setelah goncangan politik pada Desember 2015. Dalam kurang dari sepekan saja, negara itu punya tiga orang menteri keuangan.

4. Lira Turki
Mata uang Turki, lira, melemah 20 persen terhadap dollar AS tahun lalu. Ekonomi Turki menderita akibat kombinasi ketidakpastian politik dan memburuknya situasi keamanan di negara tetangga, Suriah.

Turki juga merupakan salah satu negara yang terpukul akibat keputusan Federal Reserve menaikkan suku bunga acuan karena dapat memdorong biaya utang eksternal. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi ekonomi Turki hanya tumbuh 3,6 persen di 2016, jauh di bawah capaian 9 persen di 2010 dan 2011.

5. Rubel Rusia
2015 tahun yang amat buruk bagi Rusia, karena mata uang Rubel melemah 17 persen. Selain itu, pendapatan negara dari minyak jatuh dan ekonomi Rusia masuk ke dalam periode resesi yang dalam.

Presiden Vladimir Putin menyatakan krisis ekonomi Rusia telah usai, namun indikator ekonomi menunjukkan sebaliknya, yakni pertumbuhan ekonomi, produksi industri, dan penjualan ritel tetap menurun. Namun, kondisi rubel di 2015 lebih baik ketimbang 2014, di mana pelemahan mencapai 41 persen terhadap dollar AS. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Akvindo Tegaskan Tembakau Alternatif Bukan buat Generasi Muda

Whats New
Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Allianz Syariah Bidik Target Pengumpulan Kontribusi Capai 14 Persen Sepanjang 2024

Whats New
Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Laba Bersih Astra International Rp 7,46 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Bank Mandiri Raup Laba Bersih Rp 12,7 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Gelar RUPST, Astra Tetapkan Direksi dan Komisaris Baru

Whats New
Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Emiten Sawit BWPT Catat Pertumbuhan Laba Bersih 364 Persen pada Kuartal I-2024

Whats New
Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Ekonom: Investasi Apple dan Microsoft Bisa Jadi Peluang RI Tingkatkan Partisipasi di Rantai Pasok Global

Whats New
Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Kemenko Perekonomian Buka Lowongan Kerja hingga 2 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Gapki: Ekspor Minyak Sawit Turun 26,48 Persen Per Februari 2024

Whats New
MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

MPMX Cetak Pendapatan Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024, Ini Penopangnya

Whats New
Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Allianz Syariah: Premi Mahal Bakal Buat Penetrasi Asuransi Stagnan

Whats New
Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Holding Ultra Mikro Pastikan Tak Menaikkan Bunga Kredit

Whats New
Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Menteri Teten: Warung Madura di Semua Daerah Boleh Buka 24 Jam

Whats New
Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Bangun Ekosistem Energi Baru di Indonesia, IBC Gandeng 7 BUMN

Whats New
Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Apple hingga Microsoft Investasi di RI, Pengamat: Jangan Sampai Kita Hanya Dijadikan Pasar

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com