Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Kalah Bersaing dari Thailand dalam Perdagangan ASEAN

Kompas.com - 15/02/2016, 19:18 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Perdagangan intra-ASEAN menjadi tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia.

Dengan pasar fantastis sekitar 600 juta penduduk, ditambah integrasi ekonomi dalam wadah Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), pemerintah seharusnya menempatkan perdagangan di kawasan ini sebagai prioritas.

Sayangnya, menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati, pemerintah sampai awal 2016 ini pun belum serius mempersiapkan diri menghadapi kompetisi bebas ASEAN.

"Kita punya potensi besar di pasar ASEAN. Tapi yang dikejar malah e-commerce AS dan sebagainya. Ya kita tidak akan pernah mengalahkan negara pesaing di ASEAN," ucap Enny saat dihubungi kompas.com di  Jakarta, Senin (15/2/2016).

Kurangnya daya saing Indonesia di ASEAN, terindikasi dari neraca perdagangan dengan Thailand yang lagi-lagi mencetak defisit hingga 328,6 juta dollar AS.

Enny mengemukakan, memang setahun terakhir ini perdagangan dengan Thailand selalu mencetak defisit.

Padahal, di kawasan ASEAN Indonesia merupakan negara dengan pasar paling besar, lebih dari 200 juta penduduk.

Atas dasar ini, Enny melihat ada kemungkinan Thailand bisa menjadi juara di MEA.

Lebih lanjut dia menerangkan, penetrasi barang-barang produksi Thailand ke negara-negara di kawasan ASEAN bisa sangat optimal lantaran pengelolaan kawasan industri mereka sangat baik.

Tapi sebetulnya, imbuh Enny, baik Thailand maupun Malaysia awalnya meniru Indonesia dalam pengembangan kawasan industri.

"Mereka niru kita, yang formatnya Batam, waktu awal-awal Free Trade Zone (FTZ)," ucap Enny.

Sayangnya, kata Enny, format yang sudah baik di Batam itu tidak dibarengi dengan penambahan kapasitas dan perbaikan infrastruktur.

Hal inilah yang membuat biaya untuk bongkar-muat di Batam pun juga relatif sama mahalnya dengan di luar FTZ.

"Ditambah lagi dualisme kewenangan, ada dewan kawasan, ada badan pengusahaan Batam. Ini membuat ribet. Sehingga akhirnya banyak yang relokasi ke Vietnam, Thailand, dan Malaysia," jelas Enny.

Badan Pusat Statistik (BPS) melansir neraca perdagangan RI Januari 2016 hanya mencetak surplus 50,6 juta dollar AS.

Surplus neraca perdagangan terjun bebas dibandingkan Januari 2015 yang mencapai sebesar 632,3 juta dollar AS.

Sementara dengan negara-negara kawasan ASEAN, neraca perdagangan Indonesia juga mengalami defisit sebesar 72,1 juta dollar AS.

Defisit terbesar terjadi pada perdagangan dengan Thailand sebesar 328,6 juta dollar AS.

Adapun dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN, perdagangan RI masih mencetak surplus.

"Di MEA ini, lawan terberat kita adalah Thailand," ucap Kepala BPS Suryamin.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Kominfo Kembali Buka Pendaftaran Startup Studio Indonesia, Ini Syaratnya

Whats New
41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

41 PSN Senilai Rp 544 Triliun Dikebut Rampung 2024, Ini Kendala Pembangunannya

Whats New
Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Bangun Smelter, Tahun Ini ADMR Alokasikan Capex hingga 250 Juta Dollar AS

Whats New
Simak, 6 Tips Menjaga 'Work Life Balance'

Simak, 6 Tips Menjaga "Work Life Balance"

Work Smart
Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Haji Khusus dan Haji Furoda, Apa Bedanya?

Whats New
Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Potensi Ekonomi Syariah Besar, BSI Gelar Pameran Produk Halal

Whats New
AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

AXA Mandiri Lakukan Penyesuaian Premi Imbas dari Tingginya Inflasi Medis

Whats New
Program Ternak Kambing Perah di DIY untuk Atasi Stunting dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Program Ternak Kambing Perah di DIY untuk Atasi Stunting dan Tingkatkan Ekonomi Warga

Whats New
Menteri ESDM: Keberadaan Migas Tetap Penting di Tengah Transisi Energi

Menteri ESDM: Keberadaan Migas Tetap Penting di Tengah Transisi Energi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com