Otoritas Bea dan Cukai China melaporkan ekspor negara itu turun 25,4 persen menjadi 126,1 miliar dollar AS pada akhir bulan lalu. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan para ekonom melalui pooling yang dilakukan oleh Bloomberg.
Mengutip AFP, Selasa (8/3/2016), angka tersebut merupakan data termutakhir yang semakin menguatkan kekhawatiran terhadap perekonomian China yang akan hard landing. Apalagi, sebelumnya negara tersebut telah memangkas target pertumbuhan ekonomi.
China merupakan negara dengan perdagangan barang terbesar dan menjadi kunci pertumbuhan ekonomi global. Namun demikian, berbagai perusahaan di negara itu tengah menghadapi kelesuan pasar lantaran perekonomian global yang masih belum bergeliat.
Melemahnya perekonomian China juga berdampak ke negara-negara lain. Seperti Australia, negara itu menghadapi rendahnya harga komoditas sebagai dampak dari lesunya ekonomi China.
Adapun nilai impor China terus turun dan memasuki bulan ke-16, dan sejauh ini telah turun sebesar 13,8 persen menjadi 93,6 miliar dollar AS.
Sebelumnya dalam penjelasan resminya, otoritas Bea dan Cukai China menyebutkan bahwa impor dan ekspor dengan negara-negara yang menjadi mitra utama negara tersebut mengalami pelemahan, termasuk produk permesinan dan kelistrikan.