Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Demi Vaksin, Warga China Harus ke Hong Kong, Ada Apa?

Kompas.com - 13/04/2016, 10:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber Bloomberg

BEIJING, KOMPAS.com - Regulasi yang makin ketat kini menyebabkan 1,4 miliar warga China yang tinggal di wilayah daratan utama kesulitan memperoleh vaksin yang faktanya tersedia di seluruh dunia.

Akibatnya, risiko kesehatan pun memuncak dan memunculkan tantangan bagi perusahaan farmasi dunia.

Sam Ding, seorang profesional teknologi di China selatan, mengatakan ia harus ke Hong Kong sebanyak dua kali untuk memperoleh vaksin penting bagi putrinya yang masih berusia 1 tahun.

Vaksin ini untuk kondisi fatal potensial yang dialami sang putri, antara lain pneumonia, infeksi darah, dan meningitis.

Lalu, kenapa Ding harus susah payah ke Hong Kong? Pasalnya, vaksin pneumonia produksi Pfizer Inc yang dicarinya tidak tersedia di kawasan China daratan.

Padahal, pasar vaksin China amatlah besar dan diestimasikan tumbuh sekitar 17 persen setahun dan menembus nilai 40 miliar yuan atau 6 miliar dollar AS pada tahun 2018 mendatang.

McKinsey menyebut, nilai pasar vaksin China tahun lalu mencapai 25 miliar yuan. Namun, lebih dari 30 produk vaksin yang diidentifikasikan oleh perusahaan multinasional papan atas sebagai mesin pendorong pendapatan di belahan dunia lain malah tidak dijual di China daratan.

"Bagi perusahaan multinasional, ada rintangan untuk membawa produk utama ini ke pasar, termasuk linimasa registrasi," ujar Franck Le Deu, senior partner di McKinsey.

Kepercayaan publik pada sistem vaksinasi China menurun baru-baru ini, setelah aparat kepolisian di Provinsi Shandong menangkap seorang ibu dan putrinya karena menjual vaksin secara ilegal, senilai lebih dari 570 juta yuan atau 88 juta dollar AS.

Mereka menjalankan aksinya di 18 provinsi di China sejak tahun 2011. Kembali ke Ding, ia menyatakan tidak keberatan sering pergi ke Hong Kong karena baginya yang terpenting adalah sang putri memperoleh vaksin pneumonia.

"Setelah ia lahir, saya menjadi lebih khawatir terhadap pneumonia. Higienitas lingkungan di China tidak begitu bagus dan sangat terpolusi. Sehingga, pneumonia adalah masalah serius," ungkap Ding.

Vaksin pneumonia perlahan menghilang dari China daratan setelah lisensi Pfizer untuk menjual vaksin tersebut jatuh tempo tahun lalu.

Regulator China belum menyetujui versi teranyar vaksin Pfizer, yang dinamakan Prevenar 13 dan dijual di seluruh dunia.

China tidak memiliki vaksin pneumonia yang telah disetujui regulator untuk anak di bawah 2 tahun. Padahal, vaksin tersebut telah mendapat rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berlaku di seluruh dunia.

Kompas TV Mari Cegah Polio

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com