Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Urbanisasi Indonesia Belum Bisa Stimulasi Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 01/06/2016, 18:43 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kawasan perkotaan di Indonesia berkembang begitu pesat.

Akhirnya, tren urbanisasi pun tidak bisa dihindari.

Pada dasarnya urbanisasi bisa menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi regional maupun nasional.

Dalam laporan United Nations World Urbanization Prospects tahun 2014 disebutkan proporsi penduduk perkotaan di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 53 persen.

Ini serupa dengan China dan lebih tinggi dibandingkan negara-negara Asia lain, seperti India, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Namun demikian, tren urbanisasi di Indonesia belum mampu menstimulasi pertumbuhan ekonomi seperti halnya negara-negara lainnya yang menjadi peer Indonesia.

"Penduduk urban di Indonesia tumbuh lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan urban dunia. Akan tetapi, dampak urbanisasi dalam mendorong PDB per kapita di Indonesia belum setinggi negara-negara peer," kata Arief Hartawan, Direktur Departemen Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia (BI) di Jakarta, Rabu (1/6/2016).

Arief menyebut, data Bank Dunia menyatakan setiap 1 persen urbanisasi Indonesia berkorelasi dengan 2 persen pertumbuhan PDB.

Sementara itu, di China berkorelasi dengan 6 persen pertumbuhan PDB, di Vietnam 8 persen, Thailand 10 persen, dan India 6 persen.

"Dampak urbanisasi terhadap PDB Indonesia kecil sekali. Kita kalah dengan Thailand dan Vietnam," jelas Arief.

Lebih lanjut, Arief menyatakan, urbanisasi dapat berkontribusi besar terhadap perekonomian apabila penduduk yang masuk ke perkotaan adalah individu yang memiliki keterampilan bagus, tingkat pendidikan baik, dan kualitas diri yang mendukung lainnya.

Tipe individu ini, kata Arief, dapat menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

"Kalau penduduk yang masuk memiliki skill yang bagus maka bisa menciptakan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi. Di Indonesia tampaknya belum seperti itu, yang pintar-pintar malah lari ke kota lain atau ke luar negeri," ungkap Arief.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com