Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Inco Harper
Dosen Universitas Multimedia Nusantara

Dosen & Koordinator Konsentrasi Public Relations Universitas Multimedia Nusantara (UMN). Pernah menjadi praktisi periklanan. Pencinta audiophile dan film-film hi-definition.

Gula-gula Profesi Komunikasi

Kompas.com - 15/06/2016, 20:04 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorAmir Sodikin

Dua puluh tahun yang lalu ketika saya lulus SMA, mungkin tidak banyak orang yang berminat untuk kuliah di Program Studi Ilmu Komunikasi. Saat itu, di era 90-an, jurusan favorit adalah Teknik Industri dan juga Pariwisata. Sama seperti favoritnya jurusan Ekonomi dan Teknik Sipil di era 80-an.

Tak disangka saat ini, Program Studi Ilmu Komunikasi ada di hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Beberapa ada di bawah Fakultas Ilmu Komunikasi, namun banyak pula yang berada dalam naungan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Dari data Dikti, saat ini terdapat 252 Perguruan Tinggi (PT) yang memiliki Program Studi Ilmu Komunikasi dengan jenjang S-1 dan 34 Perguruan Tinggi yang memiliki jenjang S-2. Jika dirata-rata satu PT memiliki lulusan 50 orang per tahun, maka dalam satu tahun terdapat 12.600 lulusan dengan gelar Sarjana Ilmu Komunikasi. Data sesungguhnya bisa jadi dua atau tiga kali lipat lebih banyak.

Program Studi Ilmu Komunikasi pada umumnya terdiri dari peminatan Jurnalistik/Penyiaran, Public Relations/Kehumasan/Komunikasi Korporat, dan Periklanan/Komunikasi Pemasaran. Pada beberapa PT, peminatan tersebut secara spesifik telah menjadi Program Studi tersendiri.

Besarnya minat pada Program Studi Ilmu Komunikasi tidak dapat dipungkiri adalah hasil dari tumbuh suburnya industri pada bidang komunikasi yang membutuhkan banyak profesional di dalamnya seperti industri media, kehumasan dan periklanan, yang dalam delapan tahun belakangan ini juga masuk ke era digital.

Belum lagi saat ini di setiap perusahaan juga dibutuhkan bagian komunikasi internal, baik untuk mengurus komunikasi internal karyawan mereka maupun mengurus komunikasi eksternal produk dan jasa perusahaan tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa ilmu komunikasi saat ini telah menjadi kebutuhan pada setiap jenis industri.

Industri yang menjanjikan

Besarnya tenaga profesional di bidang komunikasi membuat banyak pihak di luar jalur komunikasi yang tertarik untuk bekerja di dalamnya. Berapa banyak wartawan yang kita kenal tidak mempunyai latar belakang pendidikan komunikasi, namun datang dari jurusan Hubungan Internasional, Ekonomi, Hukum dan bidang-bidang lainnya.

Beberapa media bahkan beranggapan lebih mudah mengajarkan lulusan Ekonomi untuk menulis daripada mengajarkan seorang lulusan jurnalistik tentang istilah-istilah dari dunia Ekonomi. Hal ini menyebabkan desk spesialis diisi bukan oleh lulusan jurnalistik melainkan lulusan dari bidang ilmu desk tersebut.

Bidang Kehumasan juga banyak diisi oleh orang-orang non-komunikasi seperti Bisnis, Hubungan Internasional, dan bahkan Psikologi. Departemen Account Service di Periklanan banyak diisi oleh lulusan Marketing dan Departemen Kreatif banyak diisi oleh lulusan Seni. Sedangkan Departemen Media banyak diisi oleh lulusan Statistika, sebuah ilmu yang bahkan seringkali membuat sakit kepala para mahasiswa ilmu komunikasi.

Dalam institusi pendidikan, banyak pula jenjang S-2 dan S-3 Ilmu Komunikasi yang diisi oleh lulusan S-1 non-komunikasi. Jenjang Pascasarjana Ilmu Komunikasi memang tidak mewajibkan mahasiswanya harus berasal dari jurusan Ilmu Komunikasi dan dapat berasal dari jurusan apapun.

Yang menarik, ada sebuah PR Agency yang membuat sebuah kompetisi untuk rekrutmen pekerja magangnya, dan dalam lima tahun pelaksanaannya, pemenangnya selalu berasal dari jurusan non-komunikasi.

Melihat fakta-fakta di atas, dapat dikatakan bahwa industri komunikasi adalah sebuah industri yang ramah dan menjanjikan untuk orang-orang tanpa latar belakang ilmu komunikasi. Setiap orang punya kesempatan yang sama di industri komunikasi tanpa melihat latar belakang pendidikan sebelumnya, dengan catatan memiliki kapasitas dan kemampuan yang mumpuni.

Jika dibandingkan antara jumlah Sarjana Ilmu Komunikasi dengan kondisi di industri yang diisi oleh banyak lulusan non-komunikasi maka terdapat dua kemungkinan:

(1) Kebutuhan dalam industri komunikasi begitu besar sehingga lulusan Sarjana Ilmu Komunikasi tidak dapat mengisi seluruh kebutuhan tersebut, jadi harus diisi oleh lulusan non-komunikasi; atau

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com