Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Berharap Pelebaran Defisit Tak Berpengaruh Negatif ke Pasar

Kompas.com - 16/06/2016, 17:38 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mengusulkan pembiayaan anggaran sebesar Rp 313,3 triliun seiring dengan pelebaran defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dari 2,15 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 2,48 persen.

Pembiayaan anggaran tersebut meningkat sebesar Rp 40,2 triliun dari APBN induk yang sebesar Rp 273,2 triliun.

Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara menyebutkan, pemerintah akan menutup separuh dari tambahan defisit Rp 40,2 triliun tersebut dari Sisa Anggaran Lebih (SAL) tahun lalu, yaitu sebesar Rp 19 triliun.

Dengan begitu, lanjutnya, ada financing gap yang harus dicukupi sekitar Rp 21,2 triliun dari pasar.

"Kami berharap meskipun defisit kita melebar, tapi tidak terlalu berpengaruh negatif terhadap pasar, karena setengahnya dibiayai dari SAL," kata Suahasil dalam rapat panja defisit dan pembiayaan Banggar DPR RI, Jakarta, Kamis (16/6/2016).

Suahasil memaparkan, pembiayaan anggaran sebesar Rp 313,3 triliun itu terdiri atas pembiayaan nonutang sebesar negatif Rp 72,5 triliun, dan pembiayaan utang sebesar Rp 385,8 triliun.

Pembiayaan nonutang terdiri atas perbankan dalam negeri yang berupa cicilan pengembalian penerusan pinjaman, SAL tahun anggaran 2015, serta pembiayaan nonutang kepada non-perbankan dalam negeri sebesar negatif Rp 97 triliun.

Pembiayaan nonutang kepada non-perbankan dalam negeri tersebut terdiri atas hasil pengeolaan aset, dana investasi pemerintah, kewajiban penjaminan, dana pengembangan pendidikan nasional, dan cadangan pembiayaan.

Sementara itu, sambung Suahasil, pembiayaan utang sebesar Rp 385,8 triliun terdiri atas pinjaman luar negeri sebesar negatif Rp 2,5 triliun, penarikan pinjaman luar negeri bruto sebesar Rp 72,9 triliun, penerusan pinjaman negatif, pembayaran cicilan pokok luar negeri sebesar Rp 69,65 triliun, penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 384,98 triliun, dan pinjaman dalam negeri netto sebesar Rp 3,38 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com