Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Peternakan Ayam Maju tetapi Peternak Rakyat Makin Terjepit

Kompas.com - 04/08/2016, 17:22 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Persoalan peternakan unggas di Indonesia tidak terlepas dari berkembang pesatnya pertumbuhan industri peternakan itu sendiri.

Dari yang dahulunya industri peternakan unggas dikelola oleh peternak rakyat, hingga kini industri peternakan unggas sudah dikuasai oleh konglomerasi.

Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian Surachman Suwandi mengatakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan industri peternakan rakyat terpuruk.

"Peternak rakyat atau peternak kecil terpuruk karena skala ekonominya kecil. Selain itu, industrinya tidak terintegrasi," ujar Surachman dalam diskusi harian Kompas dengan Kementerian Pertanian di Jakarta, Kamis (4/7/2016).

Surachman menambahkan, secara umum saat ini industri unggas jauh lebih maju dibandingkan dengan komoditas lainnya dan memberikan kontribusi terbesar terhadap pemenuhan kebutuhan protein hewani.

"Faktanya ayam ras telah menimbulkan revolusi menu orang Indonesia dari daging merah ke daging putih, yaitu dari 55 persen konsumsi daging sapi atau kerbau turun menjadi 17 persen dan konsumsi daging unggas baik ayam ras maupun buras naik dari 15 persen menjadi 67 persen selama kurun waktu 50 tahun terakhir," tambah Surachman.

Tingginya permintaan komoditas ayam akhirnya mendorong perusahaan untuk terjun dalam bisnis peternakan unggas.

"Pesatnya laju pertumbuhan komoditas ayam khususnya ayam ras secara tidak langsung telah mendorong munculnya konglomerasi-konglomerasi. Namun, tumbuhnya konglomerasi yang tidak terintegrasi dengan peternak rakyat bisa menjadi implikasi negatif," ujar Surachman.

Surachman menegaskan, pihaknya tidak akan tinggal diam terkait persoalan tersebut.

"Kalau terus dibiarkan, niscaya yang kecil akan tetap kecil dan yang besar akan makin besar," kata Surachman.

Menurut dia, saat ini sekitar 80 persen pangsa pasar industri unggas dikuasai konglomerasi, sementara pangsa pasar peternak mandiri hanya 20 persen.

Ketua Dewan Pembina Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Indonesia Hartono mempertanyakan arah kebijakan pemerintah terkait persoalan unggas, apakah akan mendukung peternak rakyat atau konglomerasi.

"Pada kondisi hari ini, kami melihat bahwa pemerintah belum berpihak kepada peternak rakyat," pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

May Day 2024, Pengemudi Ojek Online Tuntut Status Jadi Pekerja Tetap

Whats New
BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

BTN Imbau Masyarakat Tak Tergiur Penawaran Bunga Tinggi

Whats New
ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

ADRO Raih Laba Bersih Rp 6,09 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com