HALMAHERA, KOMPAS.com - Jarni namanya. Pria asal Ponorogo, Jawa Timur, itu lancar mengisahkan pengalaman kerja kerasnya menanam bawang merah di lokasi transmigrasi Oba di Halmahera bagian tengah, Maluku Utara.
"Saya sudah tujuh tahun tinggal di sini," ujarnya.
Ada sekitar 40 kepala keluarga di yang tinggal di kawasan seluas kurang lebih 100 hektar itu. Kebanyakan asal Jawa Timur. Lantaran saluran irigasi sekunder belum tergarap oleh dinas terkait secara maksimal, para petani itu mengupayakan sawah padi tadah hujan.
Jarni juga melakukan hal sama. Namun, ia memelopori warga untuk menanam bawang merah. Hingga kini, baru tujuh warga yang mengikuti jejaknya.
Fauzi dan Philip
Cerita Jarni itu dilontarkan di hadapan rombongan Kementerian Pertanian yang dipimpin Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan Direktorat Jenderal Hortikultura, Anastasia Promosiana, saat bertandang ke Oba Rabu (3/8/2016) lalu. Oba letaknya sekitar 60 kilometer sebelah timur Sofifi, ibu kota Provinsi Maluku Utara, Pulau Halmahera bagian tengah.
Jarni berkisah, dia mengawali penanaman bawang merah di petakan sawahnya. Luas lahan penanaman belum mencapai angka 100 meter persegi.
"Saya bawa bibitnya dari Jawa," kata Jarni.
Pada tahap awal Jarni mengaku gagal. Pasalnya, bibit bawang yang dikenal bernama 'Fauzi', tidak tumbuh bernas.
"Bawangnya kurus kurus," ujarnya.
Jarni kemudian mengganti Fauzi dengan 'Philip'. Bibit Philip berasal dari Thailand, namun banyak dibudidayakan di Brebes, Jawa Tengah. Lagi lagi, seperti halnya Fauzi, Jarni membawa Philip dari Jawa.
Tiga tahun silam, Jarni menanam 200 kilogram Philip. Jarni menanam bibit itu hingga lima kali setahun. Artinya, tidak seluruh 200 kilogram Philip ditanam sekaligus.
Memasuki tahun ketiga penanaman, barulah Jarni menuai hasil. Rerata panen Philip bisa menyentuh angka 7 ton. Sekarang, dari tangan petani harga bawang per kilogram di Oba senilai Rp 45.000.
Saat panen, ada ongkos lagi yang mesti dia keluarkan. Biaya membersihkan bawang dari akar dan daun Rp 1.000 per kilogram.