Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekonomi Gonjang-ganjing, Sebaiknya Investasi Emas atau Saham?

Kompas.com - 11/08/2016, 08:06 WIB
Palupi Annisa Auliani

Penulis


KOMPAS.com
– Di tengah pemulihan ekonomi global yang berjalan lebih lambat daripada perkiraan, investasi juga harus makin jeli. Terlebih lagi bila investasi direncanakan untuk jangka panjang.

Pertama, tentukan dulu tujuan dari investasi yang hendak dilakukan. Pastikan, investasi bertujuan meraup sebanyak mungkin keuntungan ataukah untuk mempertahankan nilai aset pada masa mendatang.

Pilihan antara saham atau logam mulia merupakan contoh paling gamblang tentang pilihan dari investasi jangka panjang ini.

Investasi emas, misalnya, tak akan terbebas dari fluktuasi harga. Namun, nilai emas pada dasarnya tidak susut.

Emas adalah pilihan investasi untuk mempertahankan nilai aset, terutama menghadapi risiko inflasi. Barang yang bisa didapatkan dari nilai 1 gram emas pada saat ini tak akan jauh berbeda dengan yang bakal didapat di masa mendatang.

THINKSTOCK Ilustrasi

Lain lagi bila investasi bertujuan mendapatkan keuntungan dari dana yang ditanamkan. Saham dan instrumen investasi di pasar modal merupakan pilihan yang bisa diambil.

Terlebih lagi, dinamika perekonomian global sedang menjadi "angin" bagi "layar" investasi saham. Hal ini terkait dengan rencana lanjutan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menaikkan suku bunga acuan.

Rencana The Fed itu merupakan magnet kuat bagi saham sektor keuangan mendulang peluang keuntungan. Namun, bukan berarti saham sektor lain tak menantang. Bahkan, industri tambang yang sedang surut, terutama karena anjloknya harga komoditas, masih bisa jadi pilihan.

Kunci penentuan pilihan saham sektor ini ada pada komoditas apa yang digarap penerbit saham. Lihat pula peluang dan rencana pengembangan perusahaan ke depan.

Soal inovasi

Saham PT Antam (Persero) Tbk, misalnya, masih memberikan prospek cerah. Setidaknya bila merujuk pada langkah strategis dan kinerja perusahaan ini.

Di antara produk Antam—sebutan familiar untuk perusahaan ini—adalah emas batangan dan nikel. Emas batangan tetap menjadi daya tarik bagi investor yang berniat mengamankan nilai aset dan memenuhi kebutuhan industri untuk produk konsumer.

Adapun nikel merupakan salah satu logam yang dibutuhkan banyak industri lain—seperti otomotif, perumahan, dan transportasi—untuk menghasilkan produk akhir. Salah satu produk akhir yang butuh pasokan tetap nikel adalah stainless steel.

Dok Antam Pabrik pengolahan feronikel PT Antam (Persero) Tbk di Sulawesi Tenggara

Terlebih lagi, Indonesia juga sedang bersiap menyongsong era produksi logam dasar di dalam negeri. Di situ dibutuhkan kehadiran smelter, untuk mengolah bahan baku menjadi bahan dasar.

Diversifikasi usaha menjadi langkah Antam merespons dinamika perekonomian hari ini. Selain memastikan pasokan bahan baku, ragam usaha lain juga dikembangkan, termasuk unit yang menangani pemurnian bahan tambang (smelter).

"Kami terus mengejar penyelesaian smelter. Kami sebelumnya memiliki lima proyek, satu sudah berjalan,  satu lagi segera rampung, lalu yang tiga lagi dikejar untuk selesai dalam 2-3 tahun lagi," ujar Direktur Utama PT Antam (Persero) Tbk, Tedy Badrujaman, Rabu (3/8/2016).

Salah satu smelter itu akan mengolah hasil penambangan PT Freeport Indonesia. Dari sana, akan didapatkan kandungan emas yang dapat dimanfaatkan Antam untuk usahanya.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Kredit Pintar Catat Pertumbuhan Pinjaman 3,40 Persen di Sumut, Didominasi Kota Medan

Whats New
Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Bank DKI Dorong Penerapan CSR yang Terintegrasi Kegiatan Bisnis

Whats New
Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Butik Lakuemas Hadir di Lokasi Baru di Bekasi, Lebih Strategis

Whats New
Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Mau Bisnis Waralaba? Ada 250 Merek Ikut Pameran Franchise di Kemayoran

Smartpreneur
TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

TEBE Tebar Dividen Rp 134,9 Miliar dan Anggarkan Belanja Modal Rp 47,6 Miliar

Whats New
Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Gramedia Tawarkan Program Kemitraan di FLEI 2024

Whats New
J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

J Trust Bank Cetak Laba Bersih Rp 44,02 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

94 Persen Tiket Kereta Api Periode Libur Panjang Terjual, 5 Rute Ini Jadi Favorit

Whats New
Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Libur Panjang, Jasa Marga Proyeksi 808.000 Kendaraan Tinggalkan Jabotabek

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Kemenhub Bebastugaskan Pejabatnya yang Ajak Youtuber Korsel Main ke Hotel

Whats New
Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com