Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aturan Pajak Sektor Migas Difinalisasi, Segera Diajukan ke Presiden

Kompas.com - 23/08/2016, 17:23 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah sepakat untuk mengubah regulasi di sektor minyak dan gas bumi (migas), termasuk soal perpajakan, yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2010 tentang Biaya Operasi yang Dapat Dikembalikan dan Perlakuan Pajak Penghasilan di Bidang Usaha Hulu Migas.

Kesepakatan tersebut dicapai dalam rapat koordinasi yang dipimpin Menteri Koordinator Kemaritiman yang juga menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Luhut B Pandjaitan, Selasa (23/8/2016) siang.

Rapat tersebut dihadiri pula oleh Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM, IGN Wiratmadja Puja, serta Deputi Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Montty Girianna.

Luhut usai rapat menyampaikan, draf PP 79 Tahun 2010 akan difinalisasi dalam sepekan ini.

Ada sekitar tujuh poin yang masih butuh perbaikan. "Tadi semua sepakat hal-hal itu harus diberikan. Sekarang tim kecil bekerja. Hari Jumat akan dilaporkan lagi. Kalau selesai diproses, akan kami teruskan ke Presiden," kata Luhut.

Wiratmadja menambahkan, beberapa hal yang masih butuh perbaikan antara lain soal kepastian hukum, iklim investasi yang lebih atraktif, serta penataan fiskal.

Sementara itu, Montty mengatakan, kontraktor mengusulkan agar prinsip "assume and discharge" kembali dimasukkan dalam revisi PP 79/2010.

Sebagai informasi, dengan berlakunya PP 79/2010, prinsip assume and discharge tidak diberlakukan sehingga kontraktor migas menanggung pajak-pajak tak langsung.

"Itu yang dikomplain oleh kontraktor. Tadinya (sebelum PP 79/2010) pajak-pajak itu menjadi bagian dari pemerintah. Setelah PP 79/2010 berlaku, itu menjadi bagian dari investor. Mereka mengusulkan sebaiknya dikembalikan ke yang dulu," imbuh Montty.

Lebih jauh dia mengatakan, selain usulan untuk mengubah aturan perpajakan, investor juga mengusulkan penyederhanaan skim audit dari biaya produksi (cost production).

Montty mengatakan, saat ini audit cost production dilakukan banyak pihak, antara lain Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), serta Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan.

"Itu yang membuat mereka sedikit kebingungan. Si investor merasa terganggu. Harusnya satu saja, mana yang paling bagus," pungkas Montty.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kinerjanya Banyak Dikeluhkan di Medsos, Berapa Gaji PNS Bea Cukai?

Kinerjanya Banyak Dikeluhkan di Medsos, Berapa Gaji PNS Bea Cukai?

Work Smart
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com