Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agustus 2016, NTP Nasional Naik dan Harga Pangan Stabil

Kompas.com - 02/09/2016, 11:54 WIB
M Latief

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) tidak hanya berhasil mendongkrak secara sekaligus produksi padi, jagung, dan kedelai pada 2015 lalu. Kementan juga berhasil meningkatkan daya beli petani yang diukur dengan nilai tukar petani (NTP).

Berdasarkan data yang dirilis BPS, Kamis (1/9/2016) kemarin, NTP nasional Agustus 2016 mencapai 101,56 atau naik 0,17 persen dibandingkan NTP bulan sebelumnya. Data BPS menyebutkan kenaikan NTP dikarenakan indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 0,30 persen, atau lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,13 persen.

Pada Agustus 2016 ini NTP  Provinsi Sumatera Selatan mengalami kenaikan tertinggi (1,61 persen) dibandingkan kenaikan NTP provinsi  lainnya. Sebaliknya, NTP  Provinsi Kepulauan  Bangka-Belitung mengalami penurunan terbesar (1,30 persen) dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.

Selain itu, data BPS pun menyebutkan pada Agustus tahun ini terjadi inflasi perdesaan di Indonesia mencapai sebesar 0,06 persen. Hal tersebut disebabkan oleh naiknya seluruh indeks kelompok konsumsi rumah tangga, kecuali indeks kelompok bahan makanan.

Sementara itu, Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) nasional pada Agustus ini mencapai 110,08. Capaian itu naik 0,05 persen dibandingkan NTUP bulan sebelumnya.

Ekonom INDEF, Sugiyono, mengatakan berhasilnya Pemerintah, khususnya Kementan, dalam meningkatkan NTP berkat program prioritas dan strategis pembangunan pertanian yang masif dilakukan semua daerah dan dalam jumlah besar.

"Selain itu, subsidi pupuk bagi petani kecil di bawah dua hektar, bantuan benih, pelatihan dan penyuluhan turut meningkatkan produktivitas padi," ujar Sugiyono, Jumat (2/9/2016).

Dia menambahkan, peningkatan produksi dengan sedikitnya biaya usaha tani yang keluarkan petani tersebut berimplikasi pada peningkatan pendapatan sekaligus menekan kemiskinan petani atau masyarakat pedesaan," ujar Sugiyono.

Sugiyono menambahkan beberapa program di sektor tata niaga pangan pun telah menghasilkan perbaikan secara fundamental. Tata niaga pangan selama ini sangat lemah, tidak berkeadilan dan merugikan petani. Menurut dia, sumber masalahnya adalah sistem distribusi dan logistik belum efisien, asimetri informasi dan anomali pasar, disparitas harga tinggi, struktur pasar timpang dan perilaku pasar tidak sehat, dengan berbagai kelebihan dan kelemahan dari pasar monopoli, oligopoli, kartel dan sejenisnya.

Hasilnya, harga kebutuhan pokok pada Agustus ini stabil. Hal tersebut seperti yang diprediksi Kepala Ekonom Danareksa Research Institute, Damhuri Nasution, bahwa inflasi pada Agustus tersebut masih stabil dengan nilai 0,06 persen.

Menurut Damhuri, prediksi inflasi Agustus secara bulanan sebesar 0,06 persen dan secara tahunan dengan nilai yang diperoleh 2,8 persen. Adapun inflasi bulan lalu terjaga karena harga bahan pangan pokok seperti daging telur ayam, cabai, bawang, dan lainnya relatif stabil.

"Terjaganya harga sembako dan bahan pangan pokok ini, karena setelah melewati Lebaran di Juli lalu, berbarengan dengan penurunan harga barang dan jasa yang kembali ke harga normal," kata Damhuri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com