Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Mayoritas BUMN Sektor Pangan Tidak Melakukan Produksi

Kompas.com - 17/09/2016, 14:43 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pengamat pertanian dari Universitas Lampung Bustanul Arifin menanggapi rencana pemerintah untuk membentuk induk perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pangan.

Bustanul mengatakan, pemerintah perlu memfokuskan rencana pembentukan pada kegiatan produksi. Sebab, dari tujuh perusahaan BUMN yang kabarnya akan dikonsolidasikan menjadi holding pangan, sebagian besar tidak ada yang bekerja di ranah hulu atau produksi pangan.

Kalaupun ada, kata Bustanul, BUMN tersebut bukan memproduksi pangan, melainkan benih yaitu Sang Hyang Seri (SHS).

“Bulog, SHS, Pertani, BGR, Berdikari, Perindo dan Perinus, dari tujuh itu mana yang produksi? Nyaris enggak ada. Perindo produksi, tapi in general (dari BUMN sektor pangan) tidak ada (yang produksi),” kata Bustanul dalam sebuah talk show on air, di Jakarta, Sabtu (17/9/2016).

Saat ini, kata Bustanul, produksi pangan dilakukan oleh petani dan beberapa perusahaan swasta.

“Sehingga mulailah kerisauan saya, apa masalah sebenarnya? Produksinya enggak cukup,” imbuh Bustanul.

Dia pun berharap, kalaupun nanti jadi terbentuk holding pangan, maka badan tersebut akan ditugasi untuk melakukan kegiatan hulu atau produksi pangan skala luas.

Kalau zaman dulu, kata Bustanul, ada konsep Gerakan Peningkatan Produksi Pangan berbasis Korporasi (GP3K).

“Merekalah (holding pangan) yang memproduksi pangan, tanpa harus bersaing dengan petani, sehingga setidak-tidaknya Indonesia bisa menjadi pemain pangan, bisa ekspor. Kalau arahnya ke sana, saya mendukung,” ucap Bustanul.

Senada dengan Bustanul, mantan Sekretaris Menteri BUMN Said Didu mengatakan, holding pangan harus mencakup kegiatan hulu hingga hilir.

“Tentang holding pangan, saya berharap jangan sampai disederhanakan menjadi konsolidasi neraca. Gunakan momen ini untuk menata ulang mekanisme pembangunan pertanian Indonesia,” kata Said.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com