Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebih dari 60 Persen SBN Ritel Dikoleksi Institusi

Kompas.com - 27/09/2016, 06:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Dalam kurun beberapa tahun terakhir, pemerintah terus berupaya menambah peran investor ritel dalam pasar surat utang dalam negeri.

Caranya, dengan meluncurkan Surat Berharga Negara (SBN) yang ditujukan bagi investor eceran tersebut.

Namun, mengacu situs Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan per 23 September 2016, kepemilikan investor individu pada SBN domestik yang dapat diperdagangkan (tradable) hanya mencapai Rp 47,43 triliun.

Angka tersebut jauh lebih rendah ketimbang total penerbitan SBN ritel tradable kurun tiga tahun terakhir yang tercatat Rp 141,62 triliun.

Analis Fixed Income MNC Securities I Made Adi Saputra menuturkan, wajar apabila mayoritas SBN ritel digenggam oleh investor institusi. Sebab, setelah investor individu mengoleksi Sukuk Negara Ritel maupun Obligasi Negara Ritel, mereka tergiur dengan kenaikan harga (capital gain) yang ditawarkan dari agen penjual maupun investor institusi.

“Kalau ada yang butuh dana mendadak, mereka juga terpaksa menjualnya,” tuturnya.

Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management berpendapat, ada beberapa faktor yang memicu investor untuk melepaskan kepemilikan efek obligasi ritel.

Pertama, harga obligasi yang tidak transparan. Ia mengaku sulit bagi investor ritel untuk menemukan harga surat utang ritel di pasar sekunder yang dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

“Untuk dapat akses harga dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) juga harus bayar. Ini kendala,” terangnya.

Kedua, sebagian investor ritel yang belum memahami tujuan investasi di pasar obligasi bagi manajemen finansial masing-masing. Menurut Anil, seringkali instrumen obligasi ritel dibandingkan dengan deposito perbankan. Padahal kedua jenis investasi tersebut menawarkan risiko dan tujuan yang berbeda.

Akibatnya, dengan akses yang sulit disertai minimnya pengetahuan, mayoritas investor ritel menjual kepemilikannya kepada investor institusi. Mereka juga tergoda oleh tawaran imbal hasil yang lebih tinggi dalam waktu singkat.

Senior Research Analyst pasardana.id Beben Feri Wibowo mengungkapkan, jenis investor institusi yang berburu SBN ritel mencakup perbankan, asuransi, manajer investasi maupun dana pensiun.

Semisal manajer investasi yang meracik surat utang ritel menjadi salah satu aset dasar bagi produk reksadana pendapatan tetap maupun reksadana campuran.

Beben menduga, fenomena mayoritas investor ritel yang melepaskan kepemilikan SBN ritel masih akan berlanjut pada seri ORI013 di waktu mendatang. Pemerintah bakal mulai menjajakan ORI013 pada 29 September 2016 – 20 Oktober 2016.

Sebab, daya tarik ORI013 lebih minim ketimbang seri sebelumnya. Dengan tren penurunan suku bunga, kupon ORI013 disinyalir bakal lebih rendah dari kupon ORI010 yang mencapai 8,5 persen, ORI011 8,5 persen serta ORI012 9 persen.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com