Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ekspor Produk Makanan-Minuman Sulit Tumbuh

Kompas.com - 29/09/2016, 19:39 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI) memproyeksikan ekspor produk makanan-minuman (mamin) tahun 2016 akan stabil.

"Ekspor mamin memang agak sulit, karena terhambat non-tarif,” kata Ketua Umum GAPMMI Adhi S Lukman, di Jakarta, Kamis (29/9/2016).

Sepanjang 2015, ekspor produk mamin mencapai 6,2 miliar dollar AS. Sementara itu, dari Januari-Juli 2016, ekspor produk mamin tercatat sekitar 3,3 miliar dollar AS.

Dari realisasi ini, Adhi pesimistis target pertumbuhan ekspor 10 persen bisa tercapai. Apalagi, proteksi perdagangan non-tarif dari tiap-tiap negara makin sengit.

Adhi menuturkan, beberapa negara seperti China, Korea Selatan, Kanada, dan Australia mengubah sejumlah regulasi untuk produk mamin, sehingga mempersulit masuknya produk dari Indonesia.

“China mengubah regulasi mengenai bahan baku. Australia dan Kanada mengubah regulasi mengenai label. Sedangkan, Korea Selatan mengubah regulasi mengenai label dan residu pestisida,” kata Adhi.

Akibat aksi proteksi itu, Adhi mengakui dua perusahaan di bawah bendera GAPMMI terpaksa menarik produk dari China.

Selain regulasi yang berubah di beberapan negara, prosedur pemasukan barang ke Myanmar dan Filipina juga makin sulit.

Menurut Adhi, registrasi untuk memasukkan produk mamin bisa sampai satu tahun. “Jadi ekspor tahun ini enggak akan naik signifikan, padahal kami menargetkan naik 10 persen. Tetapi untungnya balance sheet (defisit perdagangan mamin) mengecil,” kata Adhi.

Pada 2014 lalu, defisit perdagangan mamin mencapai 950 juta dollar AS, dan mengecil di tahun 2015 menjadi sekitar 257 juta dollar AS.

Adhi optimistis, defisit tahun ini masih di kisaran 250 juta dollar AS. Sementara itu, untuk pasar domestik Adhi yakin penjualan produk mamin masih akan tumbuh minimal delapan persen.

Pada kuartal I, penjualan produk mamin tumbuh 7,55 persen, dan pada kuartal II tumbuh sebesar 8,2 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com