Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Ekonomi Parah, Venezuela Tak Lagi Dapat Pinjaman dari China

Kompas.com - 03/10/2016, 06:25 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNN Money

WASHINGTON, KOMPAS.com – Dalam satu dekade terakhir, China mengucurkan pinjaman hingga miliaran dollar AS kepada Venezuela.

Namun, krisis keuangan parah yang merambat menjadi krisis kemanusiaan yang dialami Venezuela, China memutuskan untuk tidak lagi memberikan pinjaman kepada negara yang memiliki cadangan minyak terbesar di dunia tersebut.

“China tidak lagi tertarik untuk memberikan pinjaman kepada Venezuela,” kata Margaret Myers, direktur lembaga riset Inter-American Dialogue seperti dikutip dari CNN Money, Senin (3/10/2016).

Sejak tahun 2007 silam, bank-bank BUMN China menggelontorkan pinjaman hingga mencapai 60 miliar dollar AS kepada Venezuela, menurut laporan Inter-American Dialogue.

Angka tersebut jauh di atas besaran pinjaman yang juga dikucurkan China kepada negara-negara lainnya di kawasan Amerika Latin. Oleh sebab itu, China dianggap sebagai kreditur utama bagi Venezuela.

Namun, para pengamat menyebut Venezuela masih punya utang kepada China sebesar 20 miliar dollar AS dan tidak ada tanda-tanda utang tersebut bisa dilunasi lantaran krisis ekonomi yang parah.

Venezuela membayar sebagian besar utangnya kepada China dengan cara mengirimkan minyak. Tahun 2015 lalu, perusahaan minyak milik negara Venezuela PDVSA mengirimkan sekira 579.000 barrel minyak per hari ke China, berdasarkan data audit keuangan PDVSA.

Akan tetapi, tahun ini produksi minyak Venezuela anjlok ke titik terendahnya dalam 13 tahun. Beberapa perusahaan layanan penambangan minyak, seperti misalnya Schlumberger, mengurangi operasionalnya secara drastis di Venezuela lantaran pemerintah setempat tidak melunasi tagihan-tagihan.

Presiden Nicolas Maduro menggiring sumber daya negara tersebut dikelola dengan tidak baik. Pada akhirnya, ujar para pengamat, Venezuela pun terjun ke dalam jurang resesi ekonomi.

Pemerintah China pun tampaknya sudah kapok memberikan pinjaman kepada Venezuela. Tidak hanya itu, perusahaan-perusahaan China pun tampaknya sudah kehilangan minatnya untuk berinvestasi di negara tersebut.

Sejak tahun 2010, perusahaan-perusahaan China telah berinvestasi setidaknya sebesar 2,5 miliar dollar AS per tahun secara rata-rata pada proyek-proyek di Venezuela. Namun demikian, pada tahun ini investasi China yang ditanamkan di Venezuela hanya berkisar 300 juta dollar AS.

Para ahli berpendapat, sejak lama China memandang Venezuela sebagai mitra utamanya di Amerika Latin. Sebagai barter atas uang dan pembangunan infrastruktur, China menginginkan sumber minyak yang aman untuk bertahun ke depan.

Namun, ambisi China tersebut terbentur realita krisis ekonomi di Venezuela, di mana inflasi diprediksi melojak ke 700 persen pada tahun ini dan pertumbuhan ekonomi juga terkontraksi hingga 8 persen menurut Dana Moneter Internasional (IMF).

Nilai tukar mata uang Venezuela juga ambrol hingga banyak pengamat memandang Venezuela bisa gagal bayar utang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com