Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Pangan Dunia Melonjak

Kompas.com - 09/10/2016, 09:53 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) melaporkan harga pangan dunia melonjak pada September 2016. Lonjakan ini lebih banyak disebabkan karena meningkatnya harga dan biaya produksi gula.

Indeks harga pangan FAO menunjukkan, harga pangan global nsik 10 persen secara tahunan atau year on year (yoy) dan 2,9 persen pada bulan Agustus 2016. Namun demikian, FAO menyatakan harga pangan global per September 2016 tersebut masih relatif rendah.

Mengutip Indeks harga pangan FAO menunjukkan, harga pangan global nsik 10 persen secara tahunan atau year on year (yoy) , Minggu (9/10/2016), FAO menyatakan outlook harga pangan di pasar dunia cenderung stabil. "Kenaikan (harga pangan dunia) pada September lebih banyak disebabkan oleh gula," ujar ekonom senior FAO Abdolreza Abbassian.

Indeks harga pangan FAP mengukur perubahan harga komoditas pangan secara bulanan. Komoditas yang dipantau FAO antara lain daging, produk susu dan olahannya, serealia, minyak sayur, dan gula.

Secara rata-rata, indeks pangan bulan September 2016 berada pada posisi 170,9 poin, baik 2,9 persen dibandingkan bulan Agustus 2016 lalu.

Indeks per bulan September 2016 tersebut pun merupakan nilai tertinggi sejak Maret 2015.

Harga gula naik 6,7 persen antara bulan Agustus dan September 2016. Menurut FAO, hal ini disebabkan kondisi cuaca yang tidak menentu di Brazil, produsen dan eksportir gula terbesar di dunia.

Sementara itu, harga daging, produk susu dan olahannya, serta minyak sayur juga meningkat, akan tetapi harga serealia menurun.

Abbassian mengungkapkan, pihaknya mengekspektasi harga akan terus meningkat dalam beberapa bulan mendatang, meski dalam laju moderat. "Kenaikan harga selalu bagus untuk petani, tapi tidak bagus untuk konsumen," sebut dia.

Dalam tahun mendatang, kata Abbassian, pasar pangan global akan cenderung seimbang. Hal ini sejalan dengan harga komoditas-komoditas pertanian yang diperdagangkan secara internasional cenderung rendah dan stabil. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Penerimaan Pajak Konsumsi Terkontraksi 16,1 Persen

Whats New
Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Catat, 7 Strategi Punya Rumah untuk Milenial dan Gen Z

Earn Smart
Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Simak 8 Tips Menabung untuk Beli Rumah

Earn Smart
Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Melalui Transportasi Laut, Kemenhub Berupaya Wujudkan Konektivitas di Indonesia Timur

Whats New
Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com