JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal III 2016 tidak akan setinggi kuartal II lalu.
Sebab, pertumbuhan ekonomi kuartal II yang mencapai 5,18 persen dianggap sudah terlampau tinggi sehingga pertumbuhan kuartal II sulit melewatinya.
"Kuartal III barangkali akan lebih rendah, namun kita sudah akan melakukan langkah langkah persiapan agar tidak menciptakan kondisi seolah oleh tren-nya menurun," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers di Jakarta, Senin (24/10/2016).
Pemerintah kata dia akan melakukan berbagai langkah agar pertumbuhan ekonomi tetap terjaga.
Pertama, yakni memanfaatkan instrumen fiskal hasil program tax amnesty tahap pertama untuk mendorong laju pertumbuhan ekonomi.
Pada program tax amnesty tahap pertama lalu, uang tebusan yang langsung masuk ke kas negara mencapai Rp 97 triliun.
Nantinya dana itu akan digunakan untuk kegiatan-kegiatan produktif seperti pembiayaan pembangunan infrastuktur.
Kedua, pemerintah akan mengevaluasi suntikan dana kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) melalui skema Penyertaan Modal Negara (PMN).
Menurut Sri Mulyani, seharusnya BUMN yang diberikan PMN bisa menyetorkan dividen lebih besar ke negara.
Ketiga, pemerintah akan mencoba meminimalisir dampak jatuhnya harga komoditas perdagangan dunia disejumlah daerah.
Sri Mulyani mengatakan, saat ini ekonomi daerah penghasil komoditas seperti Kalimantan dan Papua menjadi negatif.
Hal itu disebabkan anjloknya harga komoditas. Daerah-daerah inilah yang akan menjadi fokus pemerintah untuk mengembangkan sejumlah sektor di luar sektor pertambangan.
Meski begitu, perempuan yang kerap disapa Ani itu masih optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan terus membaik pada kuartal VI nanti.
Meningkatnya belanja modal kementerian atau lembaga akan menjadi faktor pendorong pertumbuhan ekonomi kuartal VI.