Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kredit Bank Panin Tumbuh Tipis, Bank Permata Minus

Kompas.com - 28/10/2016, 13:58 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Panin Tbk (Panin Bank) mencatatkan pertumbuhan laba bersih (konsolidasi) sebesar Rp 1,79 triliun pada kuartal III 2016. Angka ini meningkat 38,7 persen dibanding perolehan periode yang sama tahun sebelumnya.

Peningkatan laba bersih ini ditopang oleh pendapatan bunga yang mencapai Rp 13,02 triliun atau naik 3,85% (year on year/yoy). Sementara biaya bunga berhasil ditekan turun 7,42 persen menjadi Rp 6,79 triliun. Adapun Net Interest Margin (NIM) membaik menjadi 5,01 persen dibanding periode yang sama tahun 2015 sebesar 4,48 persen.

Direktur Utama Panin Bank, Herwidayatmo mengatakan, peningkatan laba juga didorong oleh pendapatan operasional lain yang naik 20,56 persen menjadi Rp 1,12 triliun. "Terutama dari transaksi surat berharga," kata Herwidayatmo dalam keterangan resmi yang diterima Kontan, Kamis (27/10/2016).

Sementara dari segi aset, Panin Bank mencatat peningkatan sebanyak 7,01 persen mencapai Rp 195,02 triliun pada September 2016 dibandingkan aset tahun lalu sebesar Rp 182,23 triliun.

Penyaluran kredit Panin Bank tercatat hanya tumbuh 4,63 persen year on year menjadi Rp 131,14 triliun. Sementara perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh mengikuti kredit sebesar 3,62 persen menjadi Rp 133,83 triliun dibanding perolehan kuartal III 2015 sebesar Rp 129,16 triliun.

"CAR kami 21,05 persen naik dari tahun lalu 4,48 persen. Sementara LDR 97,98 persen," pukas Herwidayatmo.

Sementara PT Bank Permata Tbk (Bank Permata) mencatat laba operasional sebelum pencadangan tumbuh tipis sebesar 4 persen secara tahunan (yoy) menjadi Rp 2,9 triliun.

"Ini didorong oleh penguatan pendapatan non-bunga. Hal ini merupakan indikasi bahwa bisnis kami berjalan dengan baik di tengah tekanan ekonomi makro khususnya sektor komersial," kata Direktur Utama Bank Permata, Roy Arfandy dalam rilis resminya, Ju(27/10). Adapun pertumbuhan pendapatan non bunga Bank Permata tumbuh 21% yoy.

Meski begitu, Bank Permata mengakui pada kuartal ini pihaknya mengalokasikan beban pencadangan dalam jumlah yang signifikan. Atas hal itu, kerugian bersih perseroan tercatat sebesar Rp 1,2 triliun.

"Salah satu pencapaian kami pada kuartal ini ialah PermataBank berhasil mencatatkan Modal Inti Utama (Common Equity Tier 1, CET-1) sebesar 15,5 persen dan Rasio Kecukupan Modal (CAR) sebesar 19,3 persen, atau tertinggi sepanjang sejarah kami,” tutur Direktur Keuangan Permata Bank, Sandeep Jain.

Tekanan tersebut berimbas pada pertumbuhan kredit yang negatif sebesar 16 persen yoy dan rasio kredit bermasalah (NPL) Gross dan Net masing-masing sebesar 4,9 persen dan 2,5 persen.

Roy menambahkan saat ini pihaknya tengah fokus pada peningkatan kualitas aset dan menjaga performa perseroan dari sisi pendapatan non bunga sekaligus meningkatkan kualitas struktur pendanaan, pendapatan dan efisiensi. (Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com