Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Faktor Domestik Bikin Indonesia Bertahan

Kompas.com - 19/11/2016, 11:27 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pemerintah sangat menaruh perhatian terhadap faktor domestik yang berpengaruh terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi, tanpa mengesampingkan dinamika perekonomian global.

Pasalnya, kata dia, sejauh ini salah satu yang membuat Indonesia bertahan diantara negara-negara emerging market adalah faktor domestik pertumbuhan ekonomi seperti konsumsi, belanja pemerintah, dan investasi.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyatakan, dibandingan negara-negara dengan karakteristik dan ukuran ekonomi selevel, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal III 2016 yang sebesar 5,04 persen termasuk salah satu tertinggi di dunia.

Menurut dia, negara-negara yang sekelompok dengan Indonesia seperti Brazil mengalami pertumbuhan ekonomi negatif. Rusia atau Afrika Selatan yang semuanya mempunyai ciri hampir mirip Indonesia yaitu produsen komoditas.

"Mereka enggak survive dengan pelemahan harga komoditas maupun global economic environment yang lemah," kata wanita yang kerap disapa Ani itu dalam sebuah diskusi, ditulis Sabtu (19/11/2016).

Ani membandingkan, Indonesia pada kondisi ekonomi global yang tertekan masih memiliki kemampuan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi dari sisi domestik. "Sehingga dia bisa menyeimbangkan pelemahan dari sisi global," kata Ani.

Melihat pencapaian pertumbuhan ekonomi kuartal III, Ani memperkirakan hingga akhir tahun ini ekonomi Indonesia masih akan tumbuh 5,0 persen. Sementara pada tahun 2017 mendatang, pertumbuhan ekonomi ditaksir tembus 5,1 persen.

"Oleh karena itu, perlu penguatan dari sisi konsumsi, investasi dalam negeri baik pemerintah maupun swasta," ucap Ani.

Sabotase

Atas dasar itu, Ani mengatakan masyarakat juga sangat berkepentingan untuk menjaga ekonomi domestik tetap stabil. Dia menegaskan, kalau sampai terjadi ekonomi yang tidak stabil, maka yang terkena dampak justru kelas menengah dan masyarakat bawah.

Ani melanjutkan, lantaran hal tersebut, maka keinginan untuk mengekspresikan pandangan politik seharusnya disampaikan dengan cara-cara politik. Dia menilai, apabila keinginan atau pandangan politik disampaikan dengan melakukan suatu sabotase, maka tindakan itu justru akan kontraproduktif.

"Kalau (upaya sabotase) itu dilakukan, akan menyebabkan sektor keuangan terkena dampak. Kalau memang masyarakat sangat peduli terhadap perekonomian Indonesia, peduli pada negara kita sendiri, maka dia akan menjaga dan tidak akan mudah dihasut untuk merusak negaranya sendiri," pungkas Ani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebas Tugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebas Tugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com