Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masalah Klasik Sebabkan Harga Buah Lokal Mahal

Kompas.com - 05/12/2016, 16:00 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Persoalan harga buah lokal masih menjadi tantangan berat untuk pemerintah. Selain harga yang mahal, buah lokal juga mesti bersaing dengan buah impor dari negara lain.

Selain persoalan harga, persoalan daya tarik, hingga kualitas menjadi pertimbangan konsumen dalam membeli buah.

Kepala Bidang Keamanan Hayati Nabati, Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian (Kementan) Islana Ervandiari mengatakan, persoalan mahalnya harga buah karena panjangnya rantai distribusi penjualan.

"Kami berusaha memutus rantai distribusi. Memang betul karena distribusi terlalu panjang, contohnya jeruk dari Brastagi. Kalau nggak salah Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu per kg di petaninya. Sampai Jakarta bisa Rp 40 ribu rantai pasok terlalu panjang," ujarnya dalam acara YLKI 'Menyoal Keamanan pada Buah Segar' di Cikini Jakarta, Senin (5/12/2016).

Dia menjelaskan, bukan hanya persoalan panjangnya distribusi yang jadi permasalahan. Tetapi juga persoalan pengembangan buah khas daerah yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Kedua jeruk Brastagi hanya bisa ditanam di Brastagi. Tidak bisa tanam di Jakarta. Jadi orang Jakarta yang mau makan jeruk Brastagi harus didatangkan dari Brastagi," ungkapnya.

Sementara itu, Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi berharap agar akses masyarakat terhadap buah perlu ditingkatkan, agar konsumsinya pun meningkat.

"Panjangnya rantai distribusi, alhasil harga pun berpengaruh menjadi sangat mahal. Konsumen buah pun bisa jadi enggan beli, dan dapat beralih ke konsumsi yang lain, lebih murah tapi tidak sehat, seperti rokok," ucapnya.

Pihaknya juga mendorong agar pemerintah bersungguh-sungguh untuk mangkas rantai distribusi.

"Rekomendasi YLKI adalah memutus rantai distribusi yang panjang. Karena dari hulu sampai diterima konsumen ada sembilan rantai distribusi yang jadi sangat mahal dan kualitas menurun," paparnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada 2013, pengeluaran rumah tangga dalam negeri untuk konsumsi buah segar hanya sebesar 2,33 persen dari total pengeluaran untuk makanan sebesar 13,11 persen.

Sementara dari aspek hulunya, YLKI menilai saat ini pemerintah belum berpihak pada petani buah.

"Pemerintah belum beri keberpihakan kepada petani buah, di hulunya. Di negara asing, pemerintahannya memberikan bantuan dalam proses produksi," ujarnya.

Menurutnya, pemerintah perlu memberikan insentif, mulai dari mudahnya memperoleh pupuk dan benih buah kualitas unggul.

Dibarengi dengan perbaikan rantai distribusi agar buah lokal mampu menjadi tuan rumah di negara sendiri.

Kompas TV Festival Buah Fruit Indonesia 2016
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

SMGR Kantongi Laba Bersih Rp 471,8 Miliar pada Kuartal I-2024 di Tengah Kontraksi Permintaan Semen Domestik

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di Bank Mandiri hingga BRI

Whats New
Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Kasbon Digital Dinilai Bisa Jadi Solusi agar Karyawan Terhindar dari Pinjol

Whats New
Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Pendapatan Usaha Garuda Indonesia Tumbuh 18 Persen di Kuartal I-2024

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Sawit Sumber Tani Agung Resources Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 43,8 Persen

Whats New
Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Pendaftaran CASN 2024, Instansi Diminta Segera Isi Rincian Formasi ASN

Whats New
Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Masuk Musim Panen, Bulog Serap 30.000 Ton Gabah Per Hari

Whats New
Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Pekerja Mau Sejahtera dan Naik Gaji, Tingkatkan Dulu Kompetensi...

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com