Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menurut BI, Fitch Naikkan "Outlook Rating" Indonesia karena Faktor Ini

Kompas.com - 23/12/2016, 20:07 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu lembaga pemeringkat internasional Fitch Rating meningkatkan outlook Sovereign Credit Rating Republik Indonesia dari Stable menjadi Positive. Hal ini pun mengafirmasi rating Indonesia pada BBB- (Investment Grade).

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan, ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan Fitch dalam menaikkan outlook rating Indonesia. Faktor-faktor tersebut terkait perkembangan ekonomi di Indonesia.

Dari sisi makro, Mirza menyatakan Fitch memonitor kinerja inflasi Indonesia. Pada tahun 2015 dan 2016, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) berada pada kisaran 3 persen, di mana pada tahun 2015 lalu mencapai 3,3 persen.

“Kedua, kalau kita perhatikan, rasio makro dari lembaga rating dan investor internasional, bagaimana negara ini mengelola ekspor dan impor. Selalu dilihat defisit ekspor dan impor barang dan jasa kita berapa besar,” kata Mirza di kantornya di Jakarta, Jumat (23/12/2016).

Mirza menjelaskan, defisit ekspor dan impor barang dan jasa dapat dikelola pada posisi 2,6 persen dari produk domestik bruto (PDB). Adapun neraca pembayaran Indonesia secara keseluruhan surplus dan diestimasikan mencapai surplus 10 miliar dollar AS.

Namun demikian, angka tersebut masih estimasi karena tergantung pada dana dari program pengampunan pajak atau tax amnesty yang masuk pada bulan Desember 2016 ini. Dana repatriasi yang masuk, kata Mirza, meski belum semuanya namun sudah diestimasikan mencapai Rp 143 triliun.

“Itu juga akan mempengaruhi dari surplus neraca pembayaran akan berapa besar. Kalau bisa mencapai 10 miliar dollar AS kan suatu peningkatan yang signifikan. Dari tahun lalu neraca pembayaran defisit 1 miliar dollar AS,” tutur Mirza.

Adapun rasio makroekonomi lain yang diperhatikan Fitch maupun lembaga pemeringkatan lainnya adalah defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang bisa dijaga pada posisi 2,3 persen dari PDB. Tahun 2015 lalu, defisit APBN mencapai 2,5 persen dari PDB.

“Tahun ini perkiraan kami 2,7 persen dari APBN. Itu suatu angka yang kategori sehat dan ketegori baik,” imbuh Mirza.

Hal lain yang selalu diperhatikan dalam menentukan credit rating adalah utang luar negeri (ULN), baik ULN pemerintah maupun swasta.

ULN dan utang domestik Indonesia tidak lebih dari 30 persen terhadap PDB, dibandingkan Jepang yang mencapai 200 persen terhadap PDB dan AS yang mencapai di atas 60 persen terhadap PDB.

Di samping itu, lembaga pemeringkatan juga biasanya melihat upaya pemerintah dalam menggerakkan sektor riil. Pemerintah Indonesia pun terus mengupayakan deregulasi kebijakan dan melakukan berbagai perbaikan dalam memudahkan kegiatan bisnis maupun investasi. “Hal-hal ini diperhatikan oleh Fitch. Kalau Fitch yang pertama kali melakukan upgrade dari outlook jadi positif itu saya rasa kami hormat pada Fitch karena telah memperhatikan Indonesia lebih regular," jelas Mirza.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebas Tugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebas Tugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com