Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ryan Filbert

Ryan Filbert merupakan praktisi dan inspirator investasi Indonesia. Penerima Penghargaan Tokoh Inspiratif Pasar Modal oleh Presiden Joko Widodo

Saham Apa yang Menarik di penghujung 2016?

Kompas.com - 26/12/2016, 14:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

KOMPAS.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diakhir tahun 2016 masih membuat roller coaster yang membuat para pelaku pasar takut. Maklum, roller coaster pun menakutkan bukan?

Ketika lagi mendaki naik, menarik. Tapi pas lagi turun kencang. Itulah sebuah momentum yang paling menakutkan dan mendebarkan sekaligus menyenangkan.

Penurunan pasar di Bursa Efek Indonesia diakhir tahun 2016 boleh dikatakan cukup dalam. Kenapa?

Per 23 Desember 2016 IHSG memiliki kinerja sebagai berikut: 1 mingguan terkoreksi 3,49 persen, 1 bulan terkoreksi 2,71 persen, dan 3 bulan terkoreksi 5,09 persen.

Secara kinerja 1 tahun, IHSG masih mengalami kenaikan sebesar 14.04 persen dan dari awal tahun, IHSG sudah menguat 12,04 persen. Hingga sesi ke-2 di tanggal 23 Desember 2016, IHSGmberada di angka 5.070, dengan posisi tertinggi dan terendah ditahun ini adalah 5.491 dan 4.408.

Bagi pelaku pasar ataupun yang baru saja memulai investasi di 3 bulan terakhir memiliki kekhawatiran tersendiri. Apalagi harapannya akhir tahun biasanya, ada berbagai macam jenis harapan mulai dari istilah Window Dressing sampai Santa Rally, nyatanya tidak terjadi di akhir tahun 2016.

Bila sampai akhir tahun 2016 IHSG tidak juga membaik, maka sebenarnya ini bukan sebuah kejadian yang pertama kali dalam sebuah penutupan bursa. Di mana bursanya justru pada bulan Desember bukan naik, tetapi malah terkoreksi.

Menurut rekam jejak historis IHSG semenjak tahun 1995, koreksi yang terjadi pada bulan Desember yaitu sejak tahun 2000 yang koreksinya 5,9 persen sepanjang bulan Desembernya. Jadi, apabila di tahun 2016 IHSG ditutup lebih rendah, sepanjang sejarah bulan Desember, hal tersebut bukanlah yang pertama kali terjadi.

Namun saya kira sebuah kesempatan baik bila koreksi terjadi di tahun 2016. Biasanya, ada yang mendapat bonus akhir tahun dari pendapatannya membuat kita berkesempatan membeli saham dengan harga terdiskon akibat penurunan.

Ya, saya lebih suka membalik cara berpikir kita dibandingkan harus mengeluhkan keadaan yang terjadi. Karena, setiap keadaan pilihannya hanya ada 2, takut (ancaman) atau tertantang (kesempatan).

Melihat harga terdiskon rupanya dapat dilakukan dengan banyak cara. Saya ingin membagikan sebuah kriteria pemilihan dari salah satu cara yang saya pelajari dari Pieter Lynch, seorang fund manager fenomenal di dunia yang berhasil melipat-gandakan aset investornya dalam kurun waktu 10 tahun menjadi 19x lipat dari semua.

Berdasarkan laporan keuangan kuartal ke-3, saya coba mengambil data laba bersih per lembar saham Q3 2015 dan Q3 2016. Setelah itu, dengan sebuah rasio yang diperkenalkan oleh Peter Lynch yaitu PEG (price earning growth), di mana membagi PER (Price earning ratio) dengan pertumbuhan laba bersih (EPS Growth 2015 ke 2016), saya mendapatkan 65 saham yang memili PEG kurang dari 1 namun diatas 0 dan PER kurang dari 20 dan 26 saham yang memiliki PEG kurang dari 1 namun diatas 0 dan PER kurang dari 10.

PER adalah sebuah rasio yang umum digunakan oleh banyak orang di dunia dalam melihat harga saham hari ini dengan membandingkannya dengan laba bersih yang didapat. Bila PER dengan nilai 10x, maka artinya harga saham saat ini memiliki nilai 10x dari laba bersih yang dihasilkan pada laporan keuangan, dan penilaian secara umum berpendapat harga saham yang PER nya kurang dari 20 ataupun 10 akan semakin menarik dalam kondisinya saat ini.

PEG adalah sebuah rasio yang memberikan gambaran lebih luas karena dengan hanya mempertimbangkan keuntungan bersih per lembar saham saat ini saja dengan harga saat ini, kita akan terjebak pada saham yang tahun sebelumnya ternyata berkinerja lebih baik.

Yang artinya, pertumbuhan keuntungannya justru negatif. Hal tersebut tidak terlihat dengan rasio PER, oleh karena itulah PEG menjadi sebuah filter kedua dalam memilih saham.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com