Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Catatan Belanja 2016 dan Harga Sembako Kita

Kompas.com - 04/01/2017, 07:30 WIB
Murniati Mukhlisin

Penulis

KOMPAS.com - Tahun 2016 banyak menorehkan peristiwa penting dari sisi politik dan ekonomi, termasuk juga isyu terkait keuangan keluarga yang akan dibahas dalam artikel ini.

Keadaan ekonomi Indonesia pada awalnya diprediksi cenderung melemah tahun 2016, melanjutkan ritme 2015, namun ternyata di pertengahan 2016 rupiah terapresiasi dibanding mata uang dunia seperti poundstering dan dollar AS.

Pada akhir September 2016, nilai jual rupiah sempat menyentuh Rp 12,900 per dollar AS dari nilai jual bulan Januari senilai Rp 14.000 per dollar AS.

Salah satu pemicu adalah event politik dan ekonomi luar negeri, diantaranya menangnya Brexit (Britain Exit) dalam referendum rakyat Inggris untuk keluar atau tetap dalam Uni Eropa pada tanggal 23 Juni 2016.

Selain itu juga kebijakan Federal Reserve yang menunda kenaikan suku bunganya, meski pada akhir tahun the Fed telah merubah posisi ini.

Dari ranah politik dan ekonomi dalam negeri, Gubernur Bank Indonesia dan Menteri Keuangan juga memproyeksikan adanya kestabilan, baik nilai tukar Rupiah maupun sisi fiskal, termasuk susksesnya kebijakan tax amnesty dan meningkatnya kepercayaan investor terhadap ekonomi nasional.

Bagi keluarga Indonesia yang melihat dari sisi konsumsi merasa diuntungkan dengan menguatnya rupiah karena daya beli sedikit meningkat, baik konsumsi (barang impor) di dalam negeri maupun biaya perjalanan ke luar negeri.

Menurut Prana Tadjuddin, Direktur Tazkia Travel yang menjual paket umrah mulai sebesar 1.975 dollar AS ini, jumlah jamaah umrah Tazkia pada tahun 2016 mencapai hampir 3.000 orang. Jumlah jamaah haji meningkat dari 189 orang pada tahun 2015 menjadi 219 orang pada tahun 2016.

Ini baru contoh kecil dari peningkatan drastis kemampuan masyarakat untuk bepergian ke luar negeri, baik untuk ziarah atau liburan.

Konsumsi Kebutuhan Pokok

Untuk konsumsi kebutuhan pokok, harusnya tren yang sama juga terjadi. Untuk menelusurinya, mari kita lihat bagaimana hubungan nilai rupiah yang menguat di pertengahan tahun 2016 dengan kemampuan membeli barang di dalam negeri, terutama Sembilan Bahan Pokok (Sembako). Apakah pendapatan yang ada dengan nilai rupiah yang lebih kuat dapat membeli lebih banyak sembako?

Ternyata, dari data yang terkumpul, nilai rupiah yang menguat, tidak (belum) menjadikan keluarga Indonesia lebih sejahtera. Peningkatan daya beli ternyata malah sedikit memicu laju inflasi, sehingga jadi sama saja hasilnya.

Bahkan bisa dikatakan kekuatan belanja masyarakat jadi relatif menurun. Sehingga daya beli yang lebih tinggi tidak berdampak apa-apa. Menurut data Bank Indonesia, tingkat inflasi per November 2016 adalah 3,58 persen dan masih di bawah batas sasaran Bank Indonesia yaitu 4 persen.

Walau masih di bawah target, mengapa banyak berita mengungkapkan tentang harga sembako naik?

Misalnya harga sembako naik akibat cuaca dan persiapan Ramadhan dan Lebaran. Dulu bawa uang ke pasar Babakan Madang Rp 100.000, bisa dapat dua kantong plastik belanja, sekarang cuma dapat satu kantong.

Halaman:

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KJRI Cape Town Gelar 'Business Matching' Pengusaha RI dan Afrika Selatan

KJRI Cape Town Gelar "Business Matching" Pengusaha RI dan Afrika Selatan

Whats New
Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Baru 4 Bulan, Sudah 11 Bank Perekonomian Rakyat yang Tumbang

Whats New
Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Maskapai Akui Tak Terdampak Pengurangan Bandara Internasional

Whats New
Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Bank BTPN Raup Laba Bersih Rp 544 Miliar per Maret 2024

Whats New
Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com