Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perusahaan Asing yang Ingin IPO di BEI Paling Cepat pada Semester II

Kompas.com - 06/01/2017, 16:13 WIB
Estu Suryowati

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Proses pencatatan saham perdana perusahaan dengan badan hukum atau PT asing relatif lebih lama dibandingkan dengan perusahaan dengan PT dalam negeri.

Saat ini pencatatan saham perusahaan asing diatur melalui regulasi lama yang dikeluarkan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yakni peraturan nomor IX.A.10 tentang Penawaran Umum Sertifikat Penitipan Efek Indonesia (SPEI) atau Indonesian Depository Receipts.

Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia Samsul Hidayat, mengatakan kemungkinan rencana tiga perusahaan asing yang ingin melantai di bursa baru terlaksana pada paruh kedua tahun ini.

"Saya kira semester kedua kalau mereka agresif. Tetapi ada kemungkinan 2018. Kan saya bilang enggak sebentar prosesnya," kata Samsul di kantornya, Jakarta, Jumat (6/1/2017).

Sejak regulasi SPEI dikeluarkan tahun 1997, Samsul mengatakan hingga saat ini belum ada perusahaan dengan PT asing yang melakukan initial public offering di bursa Indonesia.

Samsul menjelaskan, surat penitipan efek ini memang diperuntukkan perusahaan yang ingin IPO di suatu negara namun berbadan hukum negara lain. "Contohnya di Indonesia belum ada. Tetapi ada perusahaan di kita yang listed di luar, seperti Telkom di AS merika kan pakai American Depository Receipts," imbuh Samsul.

Sementara itu, mempertimbangkan regulasi yang cukup usang dan dikhawatirkan tidak relevan lagi, BEI tengah mengusulkan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk merevisi aturan SPEI.

"Itu kan sudah 1997. Mungkin udah out of date. Jadi, ada beberapa regulasi yang diperbaiki. Mereka juga minta masukan ke kita, kira-kira apa yang mesti disempurnakan untuk aturan SPEI itu," ucap Samsul.

Dirut BEI Tito Sulistio mengatakan ada tiga perusahaan dengan badan hukum asing yang berkomitmen untuk melantai di bursa tahun ini. Dua diantaranya adalah perusahaan di sektor pertambangan dan satu perusahaan di sektor properti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Hari Buruh dan Refleksi Ketimpangan Gender

Whats New
Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Punya Aset Rp 224,66 Triliun, LPS Siap Jamin Klaim Simpanan Bank Tutup

Whats New
Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Tak Lagi Khawatir Lupa Bawa Uang Tunai Berbelanja di Kawasan Wisata Samosir

Whats New
Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Info Limit Tarik Tunai BCA Sesuai Jenis Kartu ATM Lengkap

Spend Smart
3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

3 Cara Tarik Tunai Tanpa Kartu BCA, Penting saat Lupa Bawa di ATM

Earn Smart
[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

[POPULER MONEY] Serikat Pekerja Tuntut Naik Upah, Menaker Balik Tuntut Kenaikan Kompetensi | Luhut Janji Microsoft Tak Akan Menyesal Investasi Rp 27,6 Triliun di Indonesia

Whats New
Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com