Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi Dinilai Belum Optimal

Kompas.com - 17/01/2017, 17:53 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Pemerintahan Presiden Joko Widodo telah menerbitkan 14 paket kebijakan ekonomi. Paket kebijakan tersebut dimaksudkan untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi sekaligus memperbaiki iklim usaha di dalam negeri.

Kepala Mandiri Institute Moekti P Soejachman menyatakan, penerbitan 14 paket kebijakan ekonomi tersebut merupakan langkah yang bagus dari pemerintah. Akan tetapi, menurut dia, hal yang paling penting adalah implementasi keempat belas paket kebijakan tersebut harus dilakukan dengan baik pula.

“Paket kebijakan ekonomi itu bagus, tapi implementasinya bagaimana?” ujar Moekti dalam diskusi yang diselenggarakan oleh Bank Dunia di Jakarta, Selasa (17/1/2017).

Moekti menuturkan, pemerintah seharusnya memastikan bahwa implementasi paket-paket kebijakan ekonomi yang telah diterbitkan berjalan dengan baik. Pasalnya, menurut Moekti, jika implementasi paket itu tidak berjalan dengan baik, maka dampaknya akan menjalar ke peringkat kemudahan berbisnis atau ease of doing business Indonesia.

Ia pun menuturkan, berdasarkan riset yang pernah dia lakukan, paket-paket kebijakan ekonomi pemerintah belum tersampaikan dengan baik ke kalangan dunia usaha.

Hal ini didapatinya setelah melakukan riset ke kawasan industri di Batam, Kepulauan Riau. Moekti menjelaskan, riset itu dilakukan terhadap perusahaan elektronik yang beroperasi dan berproduksi di Batam.

Menurut pihak perusahaan, paket kebijakan ekonomi belum terinformasi dengan baik karena perusahaan belum pernah memperoleh sosialisasi dan hanya mengetahuinya melalui pemberitaan.

“Mereka bilang tidak tahu, pemerintah daerah juga ada yang tidak bisa menangkap (informasi mengenai paket kebijakan ekonomi) dengan baik,” jelas Moekti.

Selain itu, Moekti juga mendapati bahwa ada perusahaan-perusahaan sejenis di Batam yang memutuskan untuk hengkang dari kawasan itu. Ada perusahaan yang memindahkan pabriknya ke Vietnam, dan ada pula yang memindahkan pabriknya ke Jawa.

“Alasannya pindahkan ke Vietnam atau Jawa adalah karena upahnya lebih murah. Di sana itu upahnya lama-lama menjadi tinggi,” tutur Moekti.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Bahlil Ungkap 61 Persen Saham Freeport Bakal Jadi Milik Indonesia

Whats New
Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Cadangan Beras Pemerintah 1,6 Juta Ton, Bos Bulog: Tertinggi dalam 4 Tahun

Whats New
Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Intip Rincian Permendag Nomor 7 Tahun 2024 Tentang Kebijakan dan Pengaturan Impor, Berlaku 6 Mei 2024

Whats New
Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Kebijakan Makroprudensial Pasca-Kenaikan BI Rate

Whats New
Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Peringati May Day 2024, Forum SP Forum BUMN Sepakat Tolak Privatisasi

Whats New
MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

MJEE Pasok Lift dan Eskalator untuk Istana Negara, Kantor Kementerian hingga Rusun ASN di IKN

Whats New
Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com