Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Toyota Indonesia Kurangi Impor Bahan Baku Komponen Kendaraan

Kompas.com - 09/02/2017, 22:20 WIB
Pramdia Arhando Julianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) tengah meningkatkan kompenen dalam negeri dan mulai mengurangi bahan baku impor komponen kendaraan dalam proses produksi kendaraan di Indonesia.

Hal itu dilakukan guna meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) selain mendukung industri di Indonesia. Salah satu caranya bekerja sama dengan industri petrokimia dalam negeri yakni PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) yang mampu menghasilkan resin polypropylene impact copolymer (termo-plastik) untuk diaplikasikan pada komponen kendaraan.

Presiden Direktur TMMIN Masahiro Nonami mengatakan, industri otomotif memiliki peran penting dalam mendorong perekonomian suatu negara. “Di Indonesia, kami terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan pasar domestik dengan produk kendaraan yang berkualitas dan harga bersaing, sekaligus makin meningkatkan daya saing kami agar mampu meningkatkan volume ekspor,” tuturnya melalui keterangan resmi kepada Kompas.com, Kamis (9/2/2017).

Oleh karena itu, menurut Nonami, langkah strategis yang perlu dilakukan dalam mencapai beberapa target tersebut, antara lain peningkatan produktivitas, efisiensi logistik dan penggunaan material lokal. “Kami percaya, industri otomotif di Indonesia mampu mengejar pesaing utamanya, Thailand,” ujarnya.

Dalam hal ini, lanjut Nonami, pihaknya memberikan apresiasi kepada pemerintah Indonesia yang tengah aktif menciptakan iklim usaha kondusif serta meningkatkan pembangunan infrastruktur. “Atas upaya tersebut, kami dapat merealisasikan lokalisasi bahan baku seperti baja dan resin,” jelasnya. 

Nonami mengungkapkan, pihaknya akan meningkatkan komponen lokal dari bahan baku yang diproduksi industri dalam negeri, seperti material resin lain (PP-3 dan TSOP), karet sintetis dan aluminium.

Presiden Direktur CAP Erwin Ciputra mengatakan, kerja sama dengan Toyota Indonesia merupakan lahan pemasaran baru guna mengikuti perkembangan industri otomotif saat ini. CAP berharap nantinya dapat memasok kebutuhan polypropylene impact copolymer sejumlah 25 ribu ton per tahun untuk 500 ribu unit mobil, dengan pemakaian rata-rata 50 Kg per unit.

Sementara itu, kapasitas pabrik polypropylene CAP saat ini sebanyak 480 ribu ton per tahun dan masih akan ditingkatkan lagi menjadi 580 ribu ton per tahun dalam beberapa tahun ke depan, guna memasok kebutuhan industri plastik di Indonesia.

“Dengan demikian, kebutuhan polypropylene impact copolymer untuk industri otomotif nasional dapat terjamin pemenuhannya oleh CAP. Selain itu, devisa negara yang dapat dihemat dari substitusi impor resin dan komponen mobil ini hingga 60 juta dollar AS per tahun,” papar Erwin.

Berdasarkan data Kemenperin, pada tahun 2016 industri otomotif Indonesia menempati posisi kedua di wilayah ASEAN dengan kapasitas produksi kendaraan 1,18 juta unit per tahun, angka tersebut masih kalah dibandingkan Thailand yang menduduki posisi pertama dengan kapasitas produksi 1,9 juta unit per tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com