Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanudin Abdurakhman
Doktor Fisika Terapan

Doktor di bidang fisika terapan dari Tohoku University, Jepang. Pernah bekerja sebagai peneliti di dua universitas di Jepang, kini bekerja sebagai General Manager for Business Development di sebuah perusahaan Jepang di Jakarta.

Menjadi Cukup

Kompas.com - 24/03/2017, 17:44 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

"Manusia memang tak pernah merasa puas." Itu yang dipercaya banyak orang. Lalu, apakah menjadi rakus itu manusiawi? Kalau manusiawi, apakah itu bisa dibenarkan?

Ada pengalaman menarik yang pernah saya alami. Waktu baru tiba di Jepang, teman saya orang Jepang mentraktir saya makan shabu-shabu. Ini adalah makanan berupa daging sapi yang diiris tipis, dicelup dalam air mendidih, lalu dimakan dengan saos wijen.

Makanan ini cukup mahal, khususnya di restoran tempat saya makan itu. Itu memang restoran shabu-shabu yang terkenal di kota itu. Pertama kali makan, saya merasakan makanan itu luar biasa lezatnya. Ketika itu makan satu porsi rasanya masih kurang.

Ketika saya pergi makan sendiri, dan saya merasakan nikmatnya. Lagi-lagi saya merasa kurang puas, karena makan saya kurang banyak. Berikutnya saya coba paket makan sepuasnya yang disediakan di restoram itu. Dalam bahasa Jepang paket ini disebut tabehodai.

Porsi pertama saya makan. Saat itu saya merasa bahagia karena saya punya kesempatan untuk menambah dengan porsi kedua. Saya nikmati porsi kedua itu sampai habis. Kemudian saya minta porsi ketiga. Kali ini saya tak lagi menikmatinya.

Sebenarnya menjelang akhir porsi kedua saya sudah kekenyangan. Tapi ada dorongan yang membuat saya minta tambahan porsi ketiga, bahkan porsi keempat. Selesai makan porsi keempat saya benar-benar merasa tak nyaman. Menghabiskan porsi keempat sebenarnya sudah merupakan siksaan.

Makan adalah kebutuhan manusia yang paling dasar, untuk bertahan hidup. Keinginan kita untuk makan adalah produk dari sebuah sistem dalam otak kita. Sistem itu terdiri dari 6 bagian, yaitu stimulus, urge, desire, action, evidence, dan reward.

Stimulus atau rangsangan untuk makan muncul dari limbic system dalam otak, misalnya berupa informasi rendahnya glukosa dalam darah. Atau, bisa pula dari signal visual yang ditangkap mata kita saat melihat makanan. Bisa pula dari bau makanan.

Signal itu diolah dalam limbic system, kemudian diteruskan ke cortex (tempat di mana proses logika diolah) menjadi sebuah pesan "lapar".

Pesan ini selanjutnya diolah lagi menjadi desire. Di sini "lapar" tadi diubah menjadi sesuatu yang lebih nyata, yaitu makanan. Bila dorongan tadi sangat kuat, maka akan sangat kuat pula keinginan kita untuk makan.

Pada kasus di mana dorongan itu kuat secara dominan, orang tak lagi bisa berpikir soal lain kecuali makan.

Keinginan ini kemudian memicu action, atau tindakan. Kita makan. Saat mulut mengunyah, sensor dalam mulut melaporkan evidence atau bukti kepada otak, bahwa tuntutan keinginan sedang dijalankan. Itulah sebabnya, meski belum kenyang, ada rasa puas saat kita mulai makan.

Lalu tibalah kita pada fase reward, di mana otak mendapat pesan bahwa dorongan tadi sudah dipenuhi. Tapi tenaga dorongan masih ada, dan kita tetap melakukan perintahnya.

Namun ada titik di mana kita harus berhenti. Perut penuh mengirim pesan "kenyang" ke otak, mematikan saklar stimulus, sehingga menghentikan dorongan. Lalu kita berhenti makan.

Itu adalah siklus pemenuhan kebutuhan dalam otak kita. Ada orang yang mengalami kerusakan dalam sistem itu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebastugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

Seberapa Penting Layanan Wealth Management untuk Pebisnis?

BrandzView
Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Kejar Produksi Tanaman Perkebunan Menuju Benih Unggul, Kementan Lakukan Pelepasan Varietas

Whats New
Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Pemerintah Siapkan 2 Hektar Lahan Perkebunan Tebu di Merauke

Whats New
Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Mudahkan Reimbursement Perjalanan Bisnis, Gojek Bersama SAP Concur Integrasikan Fitur Profil Bisnis di Aplikasi

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di CIMB Biaga hingga BCA

Whats New
Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 17 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
OJK Cabut Izin Usaha Koperasi LKM Pundi Mataran Pati

OJK Cabut Izin Usaha Koperasi LKM Pundi Mataran Pati

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com