Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Impor Emas India Melesat 582 Persen, Ada Apa?

Kompas.com - 17/04/2017, 12:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW DELHI, KOMPAS.com - Impor emas di India dikabarkan melonjak hampir tujuh kali lipat pada Maret 2017 dibandingkan setahun sebelumnya. Melonjaknya impor ini disebabkan para pemilik toko perhiasan mengantisipasi perbaikan permintaan selama "musim" pernikahan.

Di India, musim pernikahan dimulai pada April 2017 ini. Selain itu, ada juga festival hari beli emas yang dikenal dengan nama Akshaya Tritiya.

Mengutip Bloomberg, Senin (17/4/2017), pengiriman emas ke India melonjak 582,5 persen menjadi 120,8 metrik ton per Maret 2017.

Data ini adalah data preliminer dari Kementerian Keuangan India. Konsumsi emas di India adalah yang terbesar kedua di dunia.

Permintaan akan emas sudah mulai pulih setelah mengalami anjlok hingga ke level terendah dalam tujuh tahun pada tahun 2016 lalu.

Keputusan pemerintah India untuk menarik uang kertas pecahan tertinggi dari peredaran turut membuat permintaan emas merosot.

Pada bulan Maret biasanya terjadi lonjakan impor emas, lantaran adanya kegiatan pengosongan gudang dan pemasokan kembali oleh para pedagang perhiasan.

"Impor turun sampai bulan Januari karena demonetisasi, sehingga sekarang orang-orang memasok kembali," kata Mehul Choksi, pimpinan jaringan toko perhiasan Gitanjali Gems Ltd.

Warga India membeli perhiasan emas selama periode festival dan pernikahan, sebagai bagian dari mahar atau hadiah. India mengimpor hampir seluruh kebutuhan emas untuk penjuru negeri.

Pembelian emas diekspektasikan meningkat menjelang festival Akshaya Tritiya yang jatuh pada akhir bulan April 2017 ini.

Kompas TV Harga Emas di Atas Rp 600.000 per Gram
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Apresiasi Karyawan Tingkatkan Keamanan dan Kenyamanan di Lingkungan Kerja

Whats New
Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Potensi Devisa Haji dan Umrah Capai Rp 200 Triliun, Menag Konsultasi dengan Sri Mulyani

Whats New
Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kartu Prakerja Gelombang 68 Sudah Dibuka, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

MARK Tambah Jajaran Direksi dan Umumkan Pembagian Dividen

Whats New
Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com