Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hati-hati, Mata Uang Negara-negara Berkembang Akan Segera Melemah

Kompas.com - 19/04/2017, 20:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

NEW YORK, KOMPAS.com - Penguatan nilai tukar mata uang negara-negara berkembang alias emerging markets yang terjadi beberapa waktu terakhir diprediksi bakal segera berakhir.

Padahal, penguatan kurs negara-negara berkembang selama kuartal I 2017 ini adalah yang terbaik dalam tujuh tahun. Mengutip Bloomberg, Rabu (19/4/2017), bank AS Wells Fargo baru saja menerbitkan proyeksinya atas nilai tukar mata uang negara-negara berkembang Asia. Wells Fargo tidak melihat adanya prospek penguatan lebih lanjut.

"Kami tidak melihat ada keberlanjutan penguatan selama sisa tahun ini. Peningkatan suku bunga acuan Federal Reserve akan terus berlanjut secara tetap, yang akan memberatkan sebagian besar mata uang asing, termasuk mata uang (negara-negara Asia)," kata Nicholas Bennenbroek, kepala strategi mata uang Wells Fargo.

Nilai tukar won Korea Selatan, rupiah Indonesia, dan baht Thailand akan melemah lebih dari 2 persen dalam sembilan bulan ke depan menurut proyeksi Wells Fargo.

Adapun mata uang rupee India dan peso Filipina juga akan melemah, namun lebih resilien dan optimistis karena kebijakan bank sentral.

Indeks Bloomberg-JPMorgan Asia Dollar Index menguat 2,5 persen pada kuartal I 2017, terbaik sejak September 2010. Indeks ini merekam pergerakan 10 mata uang regional Asia termasuk yen Jepang.

"Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap performa nilai tukar mata uang Asia yang solid selama kuartal I 2017 adalah penguatan pasar ekuitas global dan periode korektif pelemahan dollar AS menyusul kenaikan suku bunga acuan pada Desember 2016 dan Maret 2017," ujar Bennenbroek.

Ia menyatakan, sebagian besar mata uang Asia akan melemah terhadap dollar AS, meski tetap saja ada yang untung dan buntung. Rupee cenderung akan resisten, sejalan dengan ekonomi India yang solid serta kebijakan moneter yang pruden dan netral.

Adapun pertumbuhan ekonomi Filipina yang kuat dan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan adalah faktor-faktor yang mendorong penguatan mata uang peso.

Namun begitu, kedua mata uang itu akan melemah juga terhadap dollar AS. Wells Fargo memprediksi rupee akan melemah 1,3 persen ke level 65,50 per dollar AS.

Sementara itu, peso akan melemah 1,2 persen ke level 50,25 per dollar AS dalam sembilan bulan ke depan. Bennenbroek menilai, risiko-risiko utama yang akan mendorong pelemahan mata uang negara-negara Asia adalah ketidakstabilan pasar keuangan atau kekecewaan terhadap perekonomian China.

Selain itu, risiko lainnya adalah negosiasi perdagangan yang menantang dan hubungan dengan AS.

"Faktor-faktor ini khususnya akan berdampak negatif terhadap won Korea Selatan dan yuan China. Selain itu, ada pula risiko geopolitik terkait Korea Utara, yang akan sangat berdampak pada (mata uang) Korea Selatan," tutur Bennenbroek.

(Baca: Rupiah Bisa Melemah ke Rp 13.800 Per Dollar AS Jika....)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Terinspirasi Langkah Indonesia, Like-Minded Countries Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR

Whats New
Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Manfaat Rawat Inap Jadi Primadona Konsumen AXA Financial Indonesia

Whats New
Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Kemenko Marves: Prabowo-Gibran Bakal Lanjutkan Proyek Kereta Cepat sampai Surabaya

Whats New
Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Layani Angkutan Lebaran Perdana, Kereta Cepat Whoosh Angkut 222.309 Penumpang

Whats New
Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Laba Unilever Naik 3,1 Persen Menjadi Rp 1.4 Triliun pada Kuartal I-2024

Whats New
IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

IHSG Diprediksi Menguat Hari Ini, Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Imbal Hasil Obligasi Meningkat, Wall Street Ditutup Bervariasi

Whats New
Simak 5 Tips Raih 'Cuan' dari Bisnis Tambahan

Simak 5 Tips Raih "Cuan" dari Bisnis Tambahan

Whats New
Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Unilever Ungkap Dampak Boikot Produk pada Keberlangsungan Bisnis

Whats New
Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Daftar 7 Mata Uang Eropa dengan Nilai Tukar Terkuat

Whats New
Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Tingkatkan Layanan, Shopee Luncurkan Program Garansi Tepat Waktu

Whats New
Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Kurs Mata Uang Vietnam ke Rupiah Sekarang

Whats New
[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

[POPULER MONEY] Kata DHL soal Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta | Tesla Bakal PHK 2.688 Karyawan

Whats New
Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke ShopeePay lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Cara Beli Tiket PLN Mobile Proliga 2024 lewat HP

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com