Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF: Ekonomi Asia Hadapi Risiko Akibat Proteksionisme

Kompas.com - 09/05/2017, 13:00 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

SINGAPURA, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) menayatakan prospek pertumbuhan ekonomi Asia menghadapi ketidakpastian dan risiko penurunan secara signifikan.

Ini diakibatkan oleh pengetatan tiba-tiba pada kondisi keuangan global maupun kebijakan perdagangan proteksionis.

(Baca: Seminggu di AS, Sri Mulyani Sorot Proteksionisme Trump)

Mengutip Reuters, Selasa (9/5/2017), IMF tidak mengubah proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia untuk tahun 2017, yakni 5,5 persen. Adapun pertumbuhan ekonomi Asia pada tahun 2018 diprediksi 5,4 persen.

IMF menyatakan, pelonggaran kebijakan moneter dan fiskal di seluruh kawasan Asia akan mendukung permintaan domestik.

"Akan tetapi, outlook dalam jangka pendek diselimuti ketidakpastian yang signifikan, dan risikonya masih cenderung mengarah ke penurunan," tulis IMF dalam laporan outlook ekonomi Asia Pasifik yang dirilis hari ini.

Laporan ini muncul di tengah keriuhan para penentu kebijakan di seluruh Asia dalam menghadapi tantangan terkait meningkatnya risiko proteksionisme di bawah arahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Selain itu, risiko lain adalah peningkatan risiko pembiayaan sejalan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan AS.

Berlanjutnya pengetatan kondisi keuangan global, menurut IMF, dapat memicu gejolak pada arus modal.

Asia pun dipandang dapat mengalami dampak besar jika perubahan yang dilakukan China menuju ekonomi yang didorong konsumsi ternyata tidak mulus.

"Kemungkinan pergeseran menuju proteksionisme oleh mitra-mitra dagang utama juga merepresentasikan risiko substansial pada kawasan (Asia). Asia rentan terhadap penurunan pada perdagangan global karena kawasan ini memiliki rasio keterbukaan perdagangan yang tinggi, dengan partisipasi signifikan pada rantai pasok global," ujar IMF.

IMF menyatakan, kebijakan moneter seharusnya tetap akomodatif di Asia. Pasalnya, inflasi berada di bawah target dan ada pelemahan di sebagian besar negara Asia.

Jika pertumbuhan ekonomi melemah lebih lanjut, maka bank sentral beberapa negara Asia seperti di Malaysia dan Thailand memiliki ruang untuk memangkas suku bunga acuan selama stabilitas eksternal tidak dikompromikan.

Adapun bank sentral di India, Indonesia, dan Vietnam harus bersiap untuk menaikkan suku bunga acuan. Menurut IMF, hal ini dilakukan jika tekanan inflasi terus menguat.

(Baca: IMF: Perekonomian Dunia Mulai Tunjukkan Pertumbuhan)

Kompas TV Presiden Jelaskan Pertemuan dengan IMF

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Miliki Risiko Kecelakaan Tinggi, Bagaimana Penerapan K3 di Lingkungan Smelter Nikel?

Whats New
Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Pemerintah Akan Revisi Aturan Penyaluran Bantuan Pangan

Whats New
Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Kolaborasi Pentahelix Penting dalam Upaya Pengelolaan Sampah di Indonesia

Whats New
Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Menteri Teten Ungkap Alasan Kewajiban Sertifikat Halal UMKM Ditunda

Whats New
Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Viral Video Petani Menangis, Bulog Bantah Harga Jagung Anjlok

Whats New
9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

9,9 Juta Gen Z Indonesia Tidak Bekerja dan Tidak Sekolah

Whats New
Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Rombak Direksi ID Food, Erick Thohir Tunjuk Sis Apik Wijayanto Jadi Dirut

Whats New
OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

OJK Bakal Buka Akses SLIK kepada Perusahaan Asuransi, Ini Sebabnya

Whats New
Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan 'Buyback' Saham

Gelar RUPST, KLBF Tebar Dividen dan Rencanakan "Buyback" Saham

Whats New
Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Layanan LILO Lion Parcel Bidik Solusi Pergudangan untuk UMKM

Whats New
60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

60 Persen Pekerja RI Bekerja di Sektor Informal dan Gig, Hadapi Tantangan Keterbatasan Akses Modal

Whats New
Surat Utang Negara adalah Apa?

Surat Utang Negara adalah Apa?

Work Smart
Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Luhut Minta Kasus Tambak Udang di Karimunjawa Tak Terulang Lagi

Whats New
Kemenhub Bebas Tugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Kemenhub Bebas Tugaskan Sementara Kepala Kantor OBU Wilayah X Merauke yang Diduga KDRT

Whats New
Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Demi Tingkatkan Kinerja, Bakrie & Brothers Berencana Lakukan Kuasi Reorganisasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com