Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan Tanggul Laut Diprediksi Telan Biaya Rp 80 Triliun

Kompas.com - 12/05/2017, 11:47 WIB
Kurnia Sari Aziza

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembangunan tanggul laut raksasa atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) diperkirakan akan menghabiskan biaya hingga Rp 80 triliun. Tanggul laut raksasa tersebut berfungsi untuk mencegah ancaman banjir dari laut atau banjir rob.

Meski demikian, solusi pendek yang direkomendasikan Bappenas untuk menanggulangi banjir rob adalah pembangunan tanggul pantai atau NCICD tahap A. Tanggul yang dibangun di sepanjang wilayah yang rawan terdampak banjir rob ini akan dievaluasi dalam jangka lima tahun.

Jika pembangunan tanggul pantai tak dapat menjadi solusi jangka panjang dalam menanggulangi banjir rob, maka Bappenas merekomendasikan pembangunan tanggul laut di Teluk Jakarta. 

"Kami bisa bangun tanggul yang bentuknya seperti tembok. Ini (pembangunannya) perhitungan hari ini bisa menguras biaya atau kebutuhan APBN atau APBD sampai Rp 80 triliun," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional atau Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro kepada Kompas.com, di kantornya di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (10/5/2017).

Jika pendanaan tidak mampu ditanggung pemerintah, maka harus dapat melibatkan swasta. Nantinya, swasta yang terlibat dalam pembiayaan merupakan swasta yang mendapat manfaat dari pembangunan tanggul raksasa ini.

Hal ini juga tercantum dalam kajian Bappenas mengenai NCICD yang telah diserahkan kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo. "Diusulkan juga pembangunan tanggul berbentuk seperti pulau," kata Bambang.

Nantinya tanggul yang berbentuk seperti pulau ini dapat dikembangkan sebagai area komersial seperti pembangunan jalan tol, jaringan listrik, dan lain-lain.

Idealnya, pembangunan tanggul laut terkait dengan pulau reklamasi di Teluk Jakarta. Sehingga, posisi tanggulnya tidak berada di luar pulau reklamasi seperti yang diusulkan Pemerintah Belanda.

"Tapi lebih ke dalam, karena akan menyambung pulau-pulau. Jadi pulau reklamasi yang tadinya hanya sekadar reklamasi, ditingkatkan perannya sebagai bagian dari tanggul, kalau pulau reklamasi tetap dikembangkan," kata Bambang.

Meski demikian, tanggul laut ini tak perlu dibangun jika pembangunan tanggul pantai sudah dirasa mampu menanggulangi banjir dari pantai utara Jakarta.

Dia memperkirakan, tanggul pantai dapat menanggulangi banjir rob hingga sekitar 10 tahun mendatang. Dengan demikian, lima tahun mendatang, pemerintah harus mengevaluasi efektifitas tanggul pantai tersebut.

"Apakah tanggul pantai itu solusi atau bukan. Kalau bukan merupakan solusi karena penurunan muka tanah ternyata lebih dalam lagi, maka harus pikirkan membangun tanggul laut," kata Bambang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com