Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Indonesia Makin Tua, Makin Permisif Terhadap Korupsi

Kompas.com - 15/06/2017, 15:31 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK) mengalami kenaikan pada 2017. Berdasarkan survei Badan Pusat Statistik (BPS) dari skala 0-5, IPAK 2017 ada di posisi 3,71 atau naik dari tahun 2015 yang hanya 3,59.

Dilihat dari karakteristik, IPAK tertinggi masih di tempati oleh masyarakat dengan umur 40-59 tahun dengan angka 3,74. Namun masyarakat dengan umur di atas 59 tahun, IPAK-nya justru semakin rendah yakni 3,62.

"Semakin tua itu semakin permisif terhadap korupsi," ujar Deputi bidang Statistik Sosial BPS Sairi Hasbullah di Jakarta, Kami (15/6/2017).

Sementara itu IPAK masyarakat dengan umur di bawah 40 tahun ada diangka 3,71. Angka ini naik bila dibandingkan hasil survei pada 2015 lalu yang hanya 3,59.

Meski begitu, BPS menilai masyarakat usia di bawah 40 tahun lebih memiliki sikap idealis sehingga IPAK-nya lebih tinggi dari pada masyarakat dengan usia di atas 59 tahun.

"Jadi yang muda-muda itu lebih anti korupsi dibanding yang tua-tua. Itu yang digambarkan (survei ini)," kata Sairi.

Sementara itu berdasarkan pendidikan, IPAK masyakarat dengan tingkat pendidikan di atas SLTA mencapai 4,09. Sementara masyakarat dengan tingkat pendidikan di SLTA hanya 3,74. Adapun IPAK masyarakat dengan tingkat pendidikan di bawah SLTA hanya mencapai 3,71.

"Ini menarik konsisten dengan tahun tahun sebelumnya. Semakin berpendidikan seseorang, maka dia semakin anti korupsi," ucap ia.

Survei IPAK 2017 dilaksanakan BPS sejak Februari lalu yang mencakup 33 provinsi. Adapun sampel yang digunakan oleh BPS berjumlah 10.000 rumah tangga.

Survei ini bertujuan untuk mengukur tingkat permisifitas masyarakat terhadap perilaku korupsi dengan menggunakan Indeks Perilaku Anti Korupsi (IPAK).

Namun IPAK hanya mengukur perilaku masyarakat terhadap tindakan korupsi skala kecil. Data yang dikumpulkan mencakup pendapat terhadap kebiasaan di masyarakat dan pengalaman berhubungan dengan layanan publik mulai dari perilaku penyuapan, pemerasan, dan nepotisme.

"Jadi jangan dilihat 'kan enggak ada petani yang korupsi triliunan' atau 'cuma yang berpendidikan yang korupsinya triliunan'. Itu case by case, ini kecenderungan yang ada di masyakarat," tutur Sairi.

(Baca: BPS: Indeks Perilaku Anti Korupsi 2017 Naik Jadi 3,71)

Kompas TV Pusaran Korupsi BPK dan Kemendes

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com