Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Salah Langkah Sevel di Mata Pemerintah...

Kompas.com - 03/07/2017, 18:44 WIB
Yoga Sukmana

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah mulai mempelajari lebih dalam bisnis modal ritel modern pasca kebangkrutan 7-Eleven atau Sevel di Indonesia. Pemerintah tak ingin ritel modern lain bernasib serupa layaknya Sevel.

Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution menilai, kebangkrutan Sevel di Indonesia murni karena salah langkah memilih bisnis model. Selama ini Sevel mengusung model bisnis minimarket dan restoran atau sering juga disebut food store destination.

"Ini urusan bisnis model. Sehingga bukan itu bisnis model yang pas karena akhirnya pesaingnya mengungguli dia," ujar Darmin di Jakarta, Senin (3/7/2017).

Darmin justru menganggap Sevel lebih mirip restoran ketimbang minimarket atau ritel. Selain itu Sevel juga dinilai terlalu terpaku dan mengandalkan profit dari perdagangannya.

Padahal kata Darmin, para pesaing Sevel lainnya justru mengambil keuntungan kecil dari perdagangan. Profit lebih besar justru didapatkan dari perusahaan yang memasukan barang ke minimarket tersebut.

Selain itu, pemerintah juga melihat adanya perbedaan bisnis model yang digunakan Sevel Indonesia dengan Sevel di negara lain. Sebab di negara lain, Amerika Serikat misalnya, Sevel justru berjaya dengan bisnisnya.

Darmin juga tidak melihat dampak besar dari kebijakan pelarangan penjualan minimal alkohol di minimarket kepada bisnis Sevel Indonesia.

"(Sevel) Kita ini aja yang agak lain. Makanya kami coba mempelajari secara lebih mendalam apakah bisnis model yang berjalan sekarang ini sebenarnya menguntungkan secara nasional apa tidak," ucap Darmin.

Saat ini, pemerintah berencana mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) untuk mengatur bisnis minimarket. Ada tiga hal yang akan diatur oleh pemerintah meliputi zonasi, persentase kepemilikan, dan persentase barang yang dijual.

(BACA: Minimarket akan Dibatasi, Ini Penjelasannya)

Sementara itu, Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Rhenald Kasali justru melihat ada peran pemerintah di balik kegagalan bisnis Sevel.

Menurut Rhenald, pada 2013 lalu, intervensi regulator dalam hal ini pemerintah, justru merobek-robek rencana bisnis Sevel dan "dipaksa" menjadi minimarket biasa.

"Model bisnis yang dirancang dengan riset yang panjang tak dapat dijalankan karena tak dikehendaki regulator," kata Rhenald.

(BACA: Regulator, Belajarlah dari Kasus Sevel)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com