Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Krisis Perbankan Apakah akan Terjadi Lagi?

Kompas.com - 04/07/2017, 16:06 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, Gubernur bank sentral AS Federal Reserve Janet Yellen menyatakan, dia tidak percaya akan adanya krisis finansial lain selama dia masih hidup.

Yellen pun memuji reformasi perbankan yang dilakukan pasca krisis finansial di periode 2007-2009.

"Saya ingin katakan, tidak akan pernah ada krisis finansial lain," ujar Yellen pekan lalu.

"Mungkin hal itu tidak mungkin bagi Anda, tapi saya pikir kita lebih aman saat ini dan saya harap tidak ada krisis finansial di masa hidup kita dan saya tidak percaya hal itu akan terjadi," ujarnya.

Lalu, apakah benar bahwa krisis keuangan, termasuk krisis perbankan tidak akan terjadi lagi? Apakah risiko ini juga akan menghantui industri perbankan Indonesia?

Ekonom Aviliani menuturkan, secara umum sektor perbankan Indonesia dalam kondisi yang terjaga. Meskipun, beberapa risiko, seperti rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) masih ada, namun masih dalam batas yang relatif aman.

"Di perbankan kita so far biarpun NPL naik masih terjaga. Yang harus diperhatikan oleh OJK (Otoritas Jasa Keuangan) itu kan kemarin hanya 1 pilar (penggolongan NPL), kalau kembali ke 3 pilar NPL masih bisa terjaga atau tidak," ungkap Aviliani di Jakarta, Senin (3/7/2017).

Selain itu, Aviliani memandang agar sektor keuangan dapat aman, perlu ada pemerataan ekonomi. Saat ini, pergerakan sektor kecil dan menengah di sektor riil masih kurang dan hanya ditopang oleh sektor korporasi.

Ia menyatakan, perlu dipikirkan mengenai beratnya persyaratan pengajuan kredit bagi sektor kecil dan menengah, lantaran saat ini yang bisa dengan mudah mengajukan kredit hanya sektor korporasi. Kalau terus begini, maka permasalahan NPL akan berkepanjangan.

"Yang ketiga, itu likuiditas, sekarang pemerintah akan shortfall Rp 50 triliun berarti defisitnya akan jadi 2,7 persen. Berarti Pemerintah akan tambah SUN, nanti likuiditas bank akan lari ke pemerintah. Otomatis perbankan bunganya tidak bisa murah, jadi tidak bisa turunkan bunga," tutur Aviliani.

Menurut Aviliani, sektor perbankan di Indonesia pada dasarnya tidak terlalu terkait banyak dengan global. Tumbuh kembang dan daya tahan perbankan nasional, imbuh dia, bergantung kondisi di dalam negeri sendiri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com