Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Reksadana Saham Masih Menjanjikan

Kompas.com - 06/08/2013, 12:36 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Investasi di pasar saham maupun reksadana berjenis saham masih memberikan potensi keuntungan tertinggi bagi investor. Setidaknya selama kurun waktu 24 tahun terakhir sejak 1989.

Hal tersebut diungkapkan oleh Presiden Direktur PT Mandiri Sekuritas, Abiprayadi Riyanto. Dia bilang, pada 1989 sampai sebelum krisis tahun 2008, terekam bahwa secara siklus, performa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih berpola naik turun. Misal, selama dua tahun performa IHSG menguat, tetapi satu tahun berikutnya terkoreksi dengan pergerakan secara keseluruhan menguat.

Namun pasca-krisis 2008, pola pergerakan IHSG sendiri mengalami perubahan pola, di mana selama lima tahun terakhir performanya terus menguat. Hal ini memberikan dampak terhadap imbal hasil investor yang berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya tercatat positif.

Perubahan pola pergerakan itu, menurut Abiprayadi, karena Indonesia sudah menjadi negara tujuan investasi dari investor di negara lain.

"Posisi arus modal investor asing yang cukup besar dalam lima tahun terakhir membuat harga-harga saham mengalami kenaikan. Kalau pun terkoreksi, tidak signifikan dan masih dalam tren menguat secara jangka panjang," ujar Abiprayadi di Gedung BEI, di Jakarta baru-baru ini.

Alhasil, investasi di pasar saham dan produk turunannya, khususnya reksa ana saham menjadi yang tertinggi dibandingkan produk investasi lainnya. Abi menyebutkan, jika dilakukan dengan horizon investasi jangka panjang, tingkat imbal hasil produk reksadana saham setiap tahunnya selama 17 tahun terakhir mampu menghasilkan keuntungan 25 kali lipat dari modalnya.

Abiprayadi tak asal bicara. Pasalnya, fakta itu berdasarkan pengalaman pribadinya yang telah berinvestasi di produk reksadana saham sejak tahun 1996 silam. Beda halnya jika dibandingkan dengan produk investasi reksa dana jenis lainnya, seperti reksadana dengan aset dasar obligasi.

Alasannya, meski tingkat imbal hasil produk reksadana beraset dasar surat utang lebih pasti didapatkan oleh investor. Namun, keuntungannya tergerus oleh kenaikan inflasi setiap tahunnya.

Oleh karena itu, ia menyarankan kepada investor untuk berinvestasi di pasar saham maupun reksadana saham dalam beberapa tahun ke depan, khususnya dengan horizon investasi jangka panjang.

"Perlu diingat bagi investor bahwa sebelum memutuskan berinvestasi di pasar saham dan produk turunannya, sebaiknya investor lebih memperhatikan faktor fundamental dan teknikal dari setiap saham dan produk investasi yang akan dipilihnya," saran Abiprayadi. (Dea Chadiza Syafina)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Info Lengkap Syarat dan Cara Membuka Tabungan BNI Haji

Spend Smart
Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Tinjau Bandara Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, Menhub: Kembangkan Ekonomi di Mandailing Natal

Whats New
Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Apa Itu KIP Kuliah? Ini Arti, Rincian Bantuan, hingga Cara Daftarnya

Whats New
Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Info Limit Tarik Tunai Mandiri Kartu Silver dan Gold di ATM

Earn Smart
TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

TUGU Tebar Dividen Rp 123,26 Per Saham, Simak Jadwalnya

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Era Suku Bunga Tinggi, Jago Syariah Buka Kemungkinan Penyesuaian Bagi Hasil Deposito

Whats New
Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Bank Neo Commerce Tunjuk Eri Budiono Jadi Dirut Baru

Whats New
Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Soal Laba Bank, Ekonom: Masih Tumbuh di Bawah 5 Persen Sudah Sangat Baik

Whats New
Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Menperin Bantah Investasi Apple di Indonesia Batal

Whats New
Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Jago Syariah Jajaki Kerja Sama dengan Fintech Lending

Whats New
Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Kolaborasi Es Krim Aice dan Teguk, Total Investasi Rp 700 Miliar

Whats New
OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

OJK: Pendapatan Premi di Sektor Asuransi Capai Rp 87,53 Triliun Per Maret 2024

Whats New
Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Sudah Dibuka, Ini Cara Daftar Kartu Prakerja Gelombang 67

Whats New
Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi, Mendag Minta Jastiper Patuhi Aturan

Whats New
Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Pasca-Lebaran, Kereta Cepat Whoosh Jadi 48 Perjalanan dengan Tarif mulai Rp 150.000

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com