Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ruang Fiskal 2014 Diperlebar

Kompas.com - 13/08/2013, 08:42 WIB
FX. Laksana Agung S

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah merencanakan ruang fiskal yang lebih lebar pada 2014 dibandingkan tahun 2013. Namun demikian, langkah ini menuntut peningkatan penerimaan pajak di tengah situasi perekonomian global yang belum menentu.

”Kita harapkan dengan RAPBN 2014 akan ada postur yang lebih baik karena kemarin kita bisa punya ruang fiskal setelah menaikkan harga BBM bersubsidi,” kata Menteri Keuangan M Chatib Basri di Jakarta, Senin (12/8/2013).

Ruang fiskal adalah ketersediaan sumber daya keuangan bagi pemerintah untuk membiayai kebijakan yang diinginkan, biasanya untuk infrastruktur. Selama ini, ruang fiskal APBN selalu tipis akibat besarnya anggaran yang mengikat seperti biaya birokrasi semisal gaji pegawai negeri sipil dan biaya operasional kantor, pembayaran bunga utang, dan subsidi BBM.

Chatib belum merinci berapa ruang fiskal yang akan ada dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014. Hal ini setidaknya akan tampak pada pidato pengantar Rancangan Undang-Undang APBN 2014 beserta nota keuangan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono per 16 Agustus pada Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat.

Namun sebagai gambaran, kata Chatib, tambahan ruang fiskal yang dihasilkan dari kenaikan harga BBM bersubsidi per 22 Juni 2013 pada APBN Perubahan Tahun 2013 saja mencapai Rp 18,4 triliun. Sebanyak Rp 13 triliun di antaranya dialokasikan untuk dana pembangunan infrastruktur. Sisanya dialokasikan untuk transportasi publik, konservasi energi, dan program jaring pengaman sosial seperti anggaran kesehatan.

Secara terpisah, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, berpendapat, ruang fiskal masih sangat bergantung pada asumsi pertumbuhan ekonomi yang ditentukan antara lain oleh perkembangan situasi perekonomian. Kalau pertumbuhan ekonomi terkoreksi turun, penerimaan negara juga bakal merosot.

Pertumbuhan ekonomi tahun 2014, menurut Prasetyantoko, tidak akan setinggi yang direncanakan sebesar 6,4-6,9 persen. Ia memperkirakan di kisaran 6 persen sampai 6,2 persen. Dengan demikian, implikasinya penerimaan negara juga tidak akan setinggi rencana.

”Yang paling penting adalah meyakinkan target penerimaan negara tahun 2014 agar tercapai sehingga bisa menyediakan ruang fiskal atau dengan kata lain defisit kecil dan belanja modal bertambah,” kata Prasetyantoko.

Menurut Chatib, defisit RAPBN Tahun 2014 direncanakan 1,49 persen terhadap produk domestik bruto. Mengutip situs resmi Kementerian Keuangan, nilainya sekitar Rp 154 triliun. Pendapatan negara diperkirakan sekitar Rp 1.700 triliun dan belanja negara sekitar Rp 1.800 triliun.

Sebagai perbandingan, defisit APBN-P Tahun 2013 adalah 2,38 persen atau Rp 224,2 triliun. Anggaran pendapatan negara adalah Rp 1.502 triliun dan anggaran belanja negara adalah Rp 1.726 triliun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BSI Luncurkan Sukuk Berkelanjutan, Simak Imbal Hasil yang Ditawarkan

BSI Luncurkan Sukuk Berkelanjutan, Simak Imbal Hasil yang Ditawarkan

Whats New
InJourney Group Dukung Kelancaran Ibadah Waisak

InJourney Group Dukung Kelancaran Ibadah Waisak

Whats New
Serba Canggih, Luhut Takjub Lihat Kapal OceanXplorer

Serba Canggih, Luhut Takjub Lihat Kapal OceanXplorer

Whats New
BRI Beri Apresiasi untuk AgenBRILink Terbaik

BRI Beri Apresiasi untuk AgenBRILink Terbaik

Whats New
Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Honda Prospect Motor Buka Lowongan Kerja hingga 7 Juni 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Bos Garuda Beberkan Kronologi Pesawat Terbakar di Makassar

Whats New
Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Jokowi Turun Tangan Atasi Masalah Bea Cukai, Stafsus Sri Mulyani: Kami Sangat Bersyukur...

Whats New
PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

PT Inerman Gandeng Shanghai Electric Bangun PLTS Terapung di Cilamaya, Siapkan Investasi Rp 20,89 Triliun

Whats New
Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Dorong Produksi Nasional, Jatim Siap Genjot Indeks Pertanaman Padi 

Whats New
Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Kata Dirut Garuda soal Api di Mesin yang Sebabkan Penerbangan Haji Kloter 5 Makassar Balik ke Bandara Sultan Hasanuddin

Whats New
Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Petrokimia Gresik dan Pupuk Indonesia Tingkatkan Produktivitas Padi di Timor Leste

Whats New
PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

PPN 12 Persen: Siapkah Perekonomian Indonesia?

Whats New
KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

KKP Ingin RI Jadi Pemenang Budidaya Lobster dalam 30 Tahun Mendatang

Whats New
IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

IHSG Ditutup Melonjak 1,36 Persen, Rupiah Menguat Dekati Rp 16.000 Per Dollar AS

Whats New
Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Amartha Promosikan Potensi UMKM Lewat The 2024 Asia Grassroots Forum

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com