”Kita harapkan dengan RAPBN 2014 akan ada postur yang lebih baik karena kemarin kita bisa punya ruang fiskal setelah menaikkan harga BBM bersubsidi,” kata Menteri Keuangan M Chatib Basri di Jakarta, Senin (12/8/2013).
Ruang fiskal adalah ketersediaan sumber daya keuangan bagi pemerintah untuk membiayai kebijakan yang diinginkan, biasanya untuk infrastruktur. Selama ini, ruang fiskal APBN selalu tipis akibat besarnya anggaran yang mengikat seperti biaya birokrasi semisal gaji pegawai negeri sipil dan biaya operasional kantor, pembayaran bunga utang, dan subsidi BBM.
Chatib belum merinci berapa ruang fiskal yang akan ada dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014. Hal ini setidaknya akan tampak pada pidato pengantar Rancangan Undang-Undang APBN 2014 beserta nota keuangan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono per 16 Agustus pada Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat.
Namun sebagai gambaran, kata Chatib, tambahan ruang fiskal yang dihasilkan dari kenaikan harga BBM bersubsidi per 22 Juni 2013 pada APBN Perubahan Tahun 2013 saja mencapai Rp 18,4 triliun. Sebanyak Rp 13 triliun di antaranya dialokasikan untuk dana pembangunan infrastruktur. Sisanya dialokasikan untuk transportasi publik, konservasi energi, dan program jaring pengaman sosial seperti anggaran kesehatan.
Secara terpisah, dosen Fakultas Ekonomi Universitas Atma Jaya, Jakarta, Agustinus Prasetyantoko, berpendapat, ruang fiskal masih sangat bergantung pada asumsi pertumbuhan ekonomi yang ditentukan antara lain oleh perkembangan situasi perekonomian. Kalau pertumbuhan ekonomi terkoreksi turun, penerimaan negara juga bakal merosot.
Pertumbuhan ekonomi tahun 2014, menurut Prasetyantoko, tidak akan setinggi yang direncanakan sebesar 6,4-6,9 persen. Ia memperkirakan di kisaran 6 persen sampai 6,2 persen. Dengan demikian, implikasinya penerimaan negara juga tidak akan setinggi rencana.
”Yang paling penting adalah meyakinkan target penerimaan negara tahun 2014 agar tercapai sehingga bisa menyediakan ruang fiskal atau dengan kata lain defisit kecil dan belanja modal bertambah,” kata Prasetyantoko.
Menurut Chatib, defisit RAPBN Tahun 2014 direncanakan 1,49 persen terhadap produk domestik bruto. Mengutip situs resmi Kementerian Keuangan, nilainya sekitar Rp 154 triliun. Pendapatan negara diperkirakan sekitar Rp 1.700 triliun dan belanja negara sekitar Rp 1.800 triliun.
Sebagai perbandingan, defisit APBN-P Tahun 2013 adalah 2,38 persen atau Rp 224,2 triliun. Anggaran pendapatan negara adalah Rp 1.502 triliun dan anggaran belanja negara adalah Rp 1.726 triliun.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.