Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Regulasi Impor Picu Gejolak Harga Kedelai?

Kompas.com - 05/09/2013, 14:43 WIB
Estu Suryowati

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Regulasi importasi baru dari pemerintah dinilai sebagai akar masalah harga kedelai yang bergejolak. Regulasi importasi kedelai yang mewajibkan pelaku menjadi importir terdaftar (IT) menyebabkan molornya surat persetujuan impor (SPI).

Kondisi tata niaga kedelai semakin rumit dihantam rupiah yang melemah beberapa pekan belakangan.

"Apakah terjadi masalah pada demand supply? Iya. Bahwa ini (gejolak harga) terjadi karena adanya proses regulasi 2-3 bulan yang lalu dari importir bebas, pemerintah coba melakukan tata niaga dengan importir terdaftar," ujar Wakil Ketua II, Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindi), Sutaryo, di gedung KPPU, Jakarta, Kamis (5/9/2013).

Setelah IT diproses, langkah selanjutnya adalah menunggu legalitas pemerintah untuk mendapatkan SPI. Pada 31 Juli 2013, keluar daftar IT termasuk di dalamnya Gakoptindo dan Bulog.

"Waktu itu Mendag menyikapi dengan menyatakan bahwa kedelai selama dua bulan ke depan cukup, sebanyak 350.000 ton," jelas Sutaryo yang juga menjabat di Dewan Kedelai Nasional.

"Dalam prosesnya karena ada regulasi baru itu kami tunggu SPI. Itu itu yang ditunggu-tungu baru turun tanggal 31 Agustus. Sehinga tidak semua importir punya stok cukup rata-rata dua bulan," ujarnya lagi.

Sutaryo mengatakan begitu stok tidak cukup, maka terjadi gejolak karena importir tidak memiliki perhitungan sama. Sutaryo mensinyalir kondisi tersebut ditangkap oleh distributor, dan seterusnya. "Karena importir belum dapat SPI untuk impor lagi. Begitu mulai ketidakpastian SPI, importir sudah mulai 'ngeteng', mengeluarkan pasokan sedikit demi sedikit," ucapnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com