Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UMKM Indonesia Tidak Perlu Go Global

Kompas.com - 18/09/2013, 16:54 WIB
Didik Purwanto

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Pakar branding Subiakto Priosoedarsono menilai usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Indonesia tidak perlu go global. Hal ini disebabkan pasar Indonesia masih luas dan justru malah sedang diperebutkan asing.

"UMKM di Indonesia itu jangan minder. Justru pasar Indonesia ini sangat diperebutkan asing, makanya tidak perlu go global. Pasar kita masih sangat luas," kata Subiakto saat acara Branding UMKM sebagai Pilar Penguatan Rupiah di PPM Managemen Jakarta, Rabu (18/9/2013).

Saat ini, Indonesia memiliki jumlah penduduk terbesar keempat sedunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Dengan potensi itu, maka UMKM di Indonesia sendiri sudah memiliki pasar yang luas untuk memasarkan produk dan jasanya.

Di tahun 2019 nanti, kata Subiakto, Indonesia juga memiliki bonus demografi yang menunjukkan kelas menengah yang semakin besar. Bonus demografi ini membuktikan bahwa kemampuan daya beli masyarakat sudah sebesar 10.000 dollar AS.

"Jadi struktur masyarakat Indonesia nanti bukan hanya piramida, tapi bentuknya diamond (wajik) yaitu kecil di bawah, besar di tengah dan kecil lagi di atas. Ini temuan Harvard University," tambahnya.

Sehingga untuk bisa maju dan berkembang, UMKM ini perlu mengatur manajemen keuangan hingga bisnisnya. Sebab, seberapapun modal yang digelontorkan, jika tidak mampu mengaturnya, maka bisnis UMKM ini lambat laun pasti akan bangkrut.

Apalagi selama ini, kondisi UMKM di Indonesia sama sekali tidak terpengaruh dengan dollar AS. Sehingga meski kondisi global sedang ramai penguatan dollar AS dan pelemahan rupiah, kondisi UMKM di Indonesia masih stabil.

Sekadar catatan, hingga tahun 2011 lalu jumlah UMKM di Indonesia mencapai 55,2 juta unit. Itu artinya, secara unit sektor-sektor ekonomi di Indonesia didominasi oleh sektor UMKM.

Sementara sektor usaha besar di Indonesia diperkirakan mencapai 5.000 unit atau hanya 0,01 persen. Dengan jumlah UMKM hanya 55,2 juta, namun bisa menyerap 101 juta tenaga kerja atau 86,6 persen dari total tenaga kerja di Indonesia mencapai 117,5 juta.

"Sedangkan kemampuan UMKM ini sudah mampu menghasilkan produk domestik bruto (PDB) Rp 4.303,6 triliun atau 57,9 persen dari total PDB kita sebesar Rp 7.427 triliun," jelasnya.

Dengan peluang tersebut, maka UMKM di Indonesia perlu meningkatkan kompetensinya, termasuk manajemennya untuk bisa bersaing dengan UMKM lain atau bahkan UMKM dari asing.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Berikan Pelatihan Keuangan untuk UMKM Lokal, PT GNI Bantu Perkuat Ekonomi di Morowali Utara

Rilis
Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya 'Serok'?

Harga Saham Bank Mandiri Terkoreksi, Waktunya "Serok"?

Earn Smart
Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Tutuka Ariadji Lepas Jabatan Dirjen Migas, Siapa Penggantinya?

Whats New
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga

Whats New
Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Suku Bunga Acuan BI Naik, Peritel Khawatir Bunga Pinjaman Bank Naik

Whats New
Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Laba Bank-bank Kuartal I 2024 Tumbuh Mini, Ekonom Beberkan Penyebabnya

Whats New
Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Bank Sentral AS Sebut Kenaikan Suku Bunga Tak Dalam Waktu Dekat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com