Sebaliknya, pekerjaan rumah (PR) domestik lah yang harus dibereskan. "Kita juga jangan terlalu pusing ngurusin shutdownnya AS. Sementara shutdown itu kan sesuatu yang tidak bisa kita apa-apain. Lebih baik kita fokus ke apa yang harus dilakukan," kata Destry ketika ditemui dalam publikasi laporan Bank Dunia Indonesia Economic Quarterly, Jumat (4/10/2013).
Destry menjelaskan shutdown yang dilakukan oleh pemerintah AS tentu akan berimbas pada koreksi perekonomian AS. Selain itu, Destry melihat akan ada pula kontraksi atau penurunan pengeluaran pemerintah AS.
Dalam hal ini, ia memandang dalam jangka pendek isu tapering tidak menjadi hal yang mengkhawatirkan. Meskipun demikian, bila keadaan di AS tidak kunjung pulih maka dalam jangka menengah atau panjang akan berpengaruh terhadap ekspor RI.
"Kalau bicara jangka menengah dan panjangnya ini akan membawa problem di ekonomi kita. Karena kalau ekonomi AS nggak pulih-pulih juga berarti kan ekspor kita kesana juga akan terhambat. Bagaimanapun juga AS masih negara terbesar ketiga tujuan ekspor kita," ujar Destry.
Sebagai langkah antisipasi, Destry mengungkapkan dua hal. Pertama, jangan ada kekhawatiran di pasar modal. Hal ini karena menurutnya RI masih memiliki prospek pertumbuhan. Kedua, RI harus fokus pada PR domestik yang masih harus dituntaskan.
"Kita fokus saja ke apa yang harus dilakukan. Tetap perkuat pasar kita. Financial weakening juga harus tetap jalan. OJK tetap dengan segala paketnya untuk menambah likuiditas di pasar modal. BI juga dengan kebijakannya menjaga likuiditas jangan sampai squeezed lagi. Selain itu, cadangan devisa juga harus dinaikkan," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.