Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuan Kam Hon, Miliarder Sarung Tangan

Kompas.com - 06/11/2013, 09:48 WIB

KOMPAS.com -
Bagi banyak orang, ruang operasi adalah tempat paling menakutkan. Namun tidak bagi Kuan Kam Hon. Bagi Kuan, ruang operasi adalah mesin pencetak kekayaan.

Di ruang operasi, nama Kuan mungkin tidak populer. Tetapi, sarung tangan karet racikan Kuan tersebar di rumah sakit seluruh dunia. Kuan menggeluti bisnis sarung tangan karet mulai tahun 1988 silam di Kuala Lumpur.

Ide awal membikin sarung tangan diperoleh Kuan saat penyakit AIDS mewabah. Kala itu, permintaan sarung tangan meningkat drastis karena tenaga medis takut tertular virus HIV.

Sejak saat itu, Kuan menjelma menjadi raja sarung tangan karet di seluruh dunia. Lewat bendera usaha Hartalega Holdings, Kuan memproduksi 45.000 sarung tangan karet saban jam. Total, Hartalega menghasilkan 12 miliar sarung tangan karet setiap tahun.

Per Juli 2013 lalu, Forbes mendaulat Hartalega sebagai salah satu perusahaan terbaik dari total 200 perusahaan di seluruh daratan Asia. Prestasi ini menghantarkan Hartalega menjadi produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Di bawah komando Kuan, Hartalega sukses menghasilkan pendapatan RM 921 juta atau sekitar 300 juta dollar AS.

Pada periode yang sama, Hartalega berhasil meraup laba bersih RM 202 juta. Di akhir tahun 2013, Hartalega membidik pendapatan sebesar RM 1,03 miliar. Angka ini melompat lima kali lipat dibandingkan tahun 2007. Kala itu, pendapatan Hartalega hanya RM 240 juta.

Dalam tempo lima tahun terakhir, Hartalega sukses membukukan pertumbuhan pendapatan rata-rata tahunan (CAGR) sebesar 32 persen. Saat ini, pasar Amerika Serikat (AS) menjadi penyumbang terbesar pemasukan Hartalega.
Sekitar 54 persen dari total ekspor Hartalega mendarat di AS. Sisanya mendarat di Uni Eropa (UE), Asia Pasifik dan lain-lain.

Catatan Bloomberg, Kuan dan keluarganya menggenggam 55 persen saham Hartalega. Dus, Kuan diprediksi memiliki kekayaan sebesar 1 miliar dollar AS, berdasarkan Bloomberg Billionaires Index. Ambisi Kuan menguasai dunia lewat sarung tangan karet belum terhenti.

Mengutip www.hartalega.com, Hartalega memulai pembangunan pabrik baru mulai tahun ini. Tak tanggung-tanggung, Hartalega membenamkan investasi sebesar RM 1,9 miliar atau 580 juta dollar AS. Pabrik baru seluas 112 hektar dengan kapasitas produksi 28,5 miliar sarung tangan karet per tahun di tahun 2022

Dus, kapasitas produksi Hartalega bakal melompat menjadi 42,4 miliar di tahun 2022 mendatang. Saat ini, Hartalega hanya mengandalkan produksi pada pabrik yang dikelola Bestari Jaya. Di bawah anak usaha Bestari Jaya, Kuan memiliki 53 unit produksi sarung tangan. Total jenderal, saat ini Hartalega memiliki enam pabrik.

Keberhasilan Kuan membesarkan Hartalega tak lepas dari sarung tangan jenis nitrile. Ini adalah sarung tangan karet yang terbuat dari karet sintesis. Hartalega memproduksi sarung tangan berbahan karet alami dan karet sintesis. Mengutip Bloomberg, Hartalega mulai mengembangkan nitrile sejak tahun 2002. Tiga tahun berselang, Kuan mulai memproduksi nitrile atau sejak tahun 2005.

Kala itu, produksi nitrile hanya 0,2 miliar. Di akhir tahun 2013 nanti, produksi nitrile menyumbang 9,4 miliar dari total produksi 12 miliar sarung tangan. Insting Kuan membesarkan nitrile tak meleset. Sejak awal, Kuan meramal, nitrile bakal menjadi sarung tangan pilihan. Sebab, sarung tangan karet sintetis ini lebih meminimalisir alergi yang kerap dialami tenaga medis dan pasien.

Ramalan Kuan tak meleset. Di tahun 2010, pangsa pasar nitrile hanya 22 persen dari total pasar global. Di tahun 2012, penggunaan nitrile mencapai 48 persen dari total pasar sarung tangan.(Dessy Rosalina, Adhitya Himawan)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com